Jumat (18/1) sore, setelah memberikan kuliah umum di Balai Senat UGM, Menteri ESDM menuju ke lokasi serah terima becak listrik. Becak listrik ini hasil kerjasama UGM dan PLN, dan di produksi oleh ICA (Innovation Center for Automotive) UGM, digerakkan oleh motor listrik 1500 Watt 48 V dan baterai VRLA 48 V.
Di lantai 1 Balairung UGM, Tedjo bersama becaknya sudah siap menyambut Menteri. Menteri mendekat dan berdiskusi beberapa menit dengan Tedjo, dilanjutkan ke halaman Balairung. Becak listrik berjajar rapi bersama pengemudinya. Tanpa pikir panjang, Menteri menawari Rektor UGM untuk naik sebagai penumpang. Ketika tuas gas diputar, becak berpenumpang Rektor UGM serta dikemudikan Menteri ESDM itupun bergerak, tepuk tangan riuh mengikuti. Dekan FT UGM Prof. Ir. Nizam, serta Anggota DEN Ir. Tumiran tidak mau ketinggalan untuk mengemudikan becak listrik. Peserta yang hadir sore itu bergantian mencoba menjadi penumpang atau mengemudikan becak listrik.
Sudah satu bulan becak listrik ini beroperasi. Siswanto, salah satu penerima bantuan becak listrik yang mangkal di seputar Bulaksumur mengatakan bahwa penggunaan becak listrik begitu nyaman dan mudah digunakan. “Saya pernah dapat penumpang ke Prambanan, bolak-balik dan ditempuh dengan ringan”, katanya. Tedjo, salah satu pengemudi becak listrik yang mudah dikenali lewat kumisnya yang khas, merasa senang atas kedatangan Menteri ESDM dalam serah terima becak listrik di UGM. “Senang sekali, karena Pak Menteri bisa datang meresmikan becak listrik, sekarang sudah jadi milik kita bersama,” kata Tedjo mantap.
[huge_it_gallery id=”10″]
Manurung, mahasiswa yang hadir, mengatakan becak listrik ini tarikannya bagus serta ringan. Berbeda dengan manual yang berat, apalagi dengan penumpang 2 orang. “Kalau manual kasihan, sudah tua, perlu banyak tenaga. Sekarang tinggal kontrolnya saja,” kata Manurung. Senada dengan Manurung, Eko Hendrawan, yang menjadi penumpang becak yang dikemudikan Siswanto memberikan pendapatnya, “wah, banter (cepat) ternyata”.
Sore itu, para pengemudi becak tersenyum sumringah. Mereka bersemangat melayani permintaan percobaan becak listrik. Tak ada raut wajah kelelahan, melainkan senyum gembira. Ada titik balik pada perjalanan hidup mereka sebagai tukang becak, dengan diberikannya bantuan becak listrik yang memanusiakan tenaga mereka.
Dekan FT UGM menyampaikan bahwa becak listrik yang ada saat ini, sudah dihibahkan menjadi milik para tukang becak. Biaya pengembangan becak listrik ini bisa bersaing dengan becak motor, sedangkan biaya operasionalnya hanya 10% dari biaya operasional becak motor. Komunikasi dengan pengemudi becak motor juga sudah dilakukan, untuk konversi ke listrik. “Becak motor ini sebetulnya sangat kompetitif. Kita ingin semuanya ikut membangun Jogja yang lebih nyaman”, tegas Dekan FT UGM.
Sementara itu, Rektor UGM berharap dengan becak listrik ini para pengemudi becak lebih produktif, dan dari sisi kemanusiaan juga lebih baik. Rektor juga menyampaikan bahwa Pergub (Peraturan Gubernur) becak listrik sedang dibuat. Jika sudah ada Pergub, maka dapat dibuat massal terutama untuk tempat wisata. Becak listrik juga menjadi solusi atas keberadaan bentor (becak motor) yang memunculkan suara yang tidak nyaman dan tentu saja permasalahan polusi udara.
Menteri Jonan mengapresiasi kerjasama PLN dan UGM dalam pembuatan becak listrik. Senada dengan Rektor, Meteri Jonan menggarisbawahi aspek memanusiawikan tukang becak dan menekan polusi udara. Selain itu Menteri juga mendorong kerjasama UGM dan industri untuk produksi massal, serta pembuatan regulasi keberadaan becak listrik di berbagai daerah. (Humas FT: Purwoko/Foto: Eko Hendrawan)