Berdasarkan data yang ada, dalam rentang satu tahun tercatat ribuan kasus kebakaran terjadi sepanjang tahun 2022. Penyebab dari kasus kebakaran sendiri beraneka macam, mulai dari arus pendek listrik, pembakaran sampah, putung rokok, dan penyebab lainnya.Tingginya kasus kebakaran di Indonesia tentunya sejalan dengan tingginya korban jiwa. Hal ini tak lepas dari sistem penaggulangan kebakaran yang masih minim di Indonesia, dengan hanya berbekal truk pemadam kebakaran untuk kebakaran skala besar dan APAR untuk kebakaran skala kecil. Padatnya permukiman penduduk juga menjadi salah satu faktor tingginnya korban jiwa, dimana truk pemadam kebakaran menjadi terhambat untuk menuju ke lokasi kejadian.
Menurut teori segitiga api, api dapat terbentuk apabila terdapat sumber api, oksigen, dan bahan yang hendak dibakar. Apabila salah satu dari aspek tersebut tidak terpenuhi, api tidak akan terbentuk. Senyawa monoammonium phosphate merupakan salah satu jenis pupuk yang sering digunakan karena berbagai macam kelebihannya. Selain digunakan dalam bidang pertanian, senyawa ini dapat digunakan untuk memadamkan api dengan cara memutus segitiga api.
Dalam rangka berkontribusi untuk mencegah kebakaran di gedung bertingkat maupun di tempat-tempat sempit yang sulit dijangkau oleh pemadam kebakaran konvensional, Tim Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM melakukan terobosan membuat UAV sebagai armada kebakaran baru. Tim ini beranggotakan Ilyas Rizky Antasari (Fakultas Teknik), Febrianto Al Husen (Fakultas MIPA), Laksita Kirana Candraditya Anindyanari (Fakultas Teknik), Fahmi Akmal Zain (Fakultas Teknik), dan Dhiya Fakhirah (Fakultas MIPA) dengan dampingan dari Bapak Ir. Mohammad Rais Alfiansyah, S.T., M.Sc. selaku dosen pendamping.
Pada program ini, senyawa monoammonium phosphate akan dibalut seperti layaknya bom yang dilengkapi dengan sumbu yang akan memicu bahan peledak ketika terbakar. Senyawa ini akan tersebar secara merata kesegala arah dan akan menutup semua permukaan yang terbakar. Untuk membawa bahan pemadam api menuju lokasi kebakaran, digunakanlah UAV yang dilengkapi fitur FPV (first person view) dan pelontar yang dapat menjangkau jarak yang ideal agar UAV aman dari percikan api. Pemanggilan dari UAV telah berbasis IoT, sehingga memungkinkan masyarakat yang disekitarnya terdapat kasus kebakaran dapat melakukan pemanggilan.
Berdasarkan paparan porgram diatas, program PKM-KC dengan judul “FPV Hexacopter Sebagai Armada Pemadam Kebakaran Menggunakan Sistem Pelempar Bom Monoammonium Phosphate Dengan Pemanggilan Berbasis IoT” diharapkan mampu menjadi alternatif penyelesaian dari masalah tingginnya kasus kebakaran di Indonesia. Pengembangan dengan menggandeng pihak pemadam kebakaran setempat diperlukan untuk merasakan manfaat sepenuhnya dari program ini. Sosialisasi kepada masyarakat juga merupakan aspek penting agar memaksimalkan performa dari purwarupa yang telah dibuat.
Penulis : Febrianto Al-Husen