Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meninjau lokasi pemasangan Early Warning System (EWS) bencana longsor di Jawa Tengah (7/1/2020).
EWS merupakan alat pendeteksi bencana longsor, yang dikembangkan oleh peneliti lintas fakultas yang tergabung di GAMA InaTEK. Sebagian besar anggota tim risetnya merupakan dosen di Fakultas Teknik UGM. EWS itu sendiri telah terpasang di berbagai lokasi baik di Indonesia maupun luar negeri. Selama tahun 2003-2019, UGM bersama BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menerapkan sistem peringatan dini bencana gerakan tanah di lebih 200 daerah rawan longsor di 27 propinsi di Indonesia.
“Pada tahun 2019, juga sudah dikembangkan dan dipasang sistem peringatan dini bencana banjir pada 25 lokasi di seluruh Indonesia kerjasama dengan BNPB”, ungkap Dr. Wahyu Wilopo, salah satu anggota GAMA InaTEK.
Lokasi yang dikunjungi Gubernur Jawa Tengah adalah Kabupaten Tegal. “Alat EWS ini setelah saya cek tadi hasilnya bagus, dan saya senang. Jadi di Desa Dermasuci, Kab. Tegal ini kami pasang alat pendeteksi dini kemungkinan terjadinya longsor,” kata Ganjar, seperti dikutip dari Tribunnews.
Setelah dipasang, Gubernur Jawa Tengah ini berharap ditingkatkan pemahaman warga terkait fungsi alat dan apa yang harus dilakukan oleh warga jika alat mengeluarkan bunyi. Sosialisasi terkait fungsi dan cara kerja alat, serta jalur dan tempat evakuasi untuk penyelematan diri harus dilakukan.
“Masyarakat harus tahu. Telinganya harus familier dengan bunyi itu. Tidak perlu pakai kentongan atau apa. Bisa dibantu dengan teriak. Lari. Larinya ke mana? ke masjid. Jalur evakuasinya dari rumah ke majid itu hanya bisa ditunjukkan dengan latihan,” ujar Ganjar.
Menurut Nathannael, koordinator pemasangan EWS dari UGM, pemasangan ini di tahun 2019, sebagai pengukur curah hujan dan rekahan tanah. Jika curah hujan lebih dari 30 milimeter per jam, akan berisiko longsor. Serta jika ada rekahan tanah lebih dari 10 centimeter, maka akan ada peringatan.
“Kalau rekahannya sudah 10 centimeter, warga harus mengungsi,” ujar Nathannael sebagaimana dikutip dari Gatra.
“Alat EWS ini hanya merupakan sarana untuk membentuk masyarakat tangguh bencana,” tegas Dr. Wahyu Wilopo. Hal yg lebih penting adalah bagaimana masyarakat sadar akan bencana dan mempunyai kemampuan untuk mencegah dan merespon terjadinya bencana.
(Humas FT: Purwoko/Sumber: Gatra dan Tribun dan Review dari Dr. Wahyu Wilopo/Foto: Vlog Ganjar Pranowo)