GUNUNGKIDUL- Tidak ada bahan (material) yang ada di dunia ini yang tidak dapat dimanfaatkan. Setiap bahan pasti dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan kelasnya. Berawal dari hal inilah maka Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM khususnya di Laboratorium Bahan Bangunan, beberapa tahun terakhir telah melakukan berbagai penelitian tentang bahan dasar bangunan yaitu beton non pasir.
“ Karena tanpa pasir maka betonnya menjadi ringan,” ujar Kardiyono, di sela-sela Pembukaan Workshop Penerapan Hasil Penelitian Teknologi Beton Non Pasir, di ruang rapat Bappeda Gunungkidul, Kamis (29/7).
Workshop yang diikuti sekitar 60 peserta ini merupakan kerjasama antara Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM dengan Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi Kementrian PU dan Bappeda Gunungkidul.
Lebih lanjut Kardiyono menambahkan pembuatan beton non pasir ini relative lebih sederhana dengan bahan kerikil, semen dan campuran air. Karena tanpa pasir maka sifatnya lebih ringan dengan sedikit rongga. Bahan beton non pasir imbuh Kardiyono cocok diterapkan untuk sumur resapan, perkerasan jalan, barang kerajinan (buis beton, bak pupuk, bataton dsb).
“ Kebutuhan semen lebih sedikit daripada beton biasa karena tidak menggunakan pasir,” jelasnya.
Beton non pasir yang telah dikembangkan selama kurun 20 tahun ini telah disebarluaskan di beberapa wilayah seperti Purwobinangun (Sleman), Purwoharjo (Kulon Progo), Pleret (Bantul), dan Planjan (Gunungkidul). Pengembangannya telah dilakukan oleh beberapa UKM maupun melalui mahasiswa KKN.
“ Soal harga saya gak hapal. Tapi ini ilmunya sudah mulai diterapkan oleh beberapa UKM maupun melalui mahasiswa KKN kita,” ujarnya.
Meski tidak mengetahui secara pasti harga beton non pasir di lapangan namun menurut Kardiyono setidaknya bisa menekan harga produksi sekitar 20% dari harga beton biasa yang menggunakan campuran pasir. “ Beton non pasir bisa menekan biaya produksi hingga 20% dari harga beton biasa dengan pasir. Sekarang sedang kita cari sertifikat SNI nya,” urai Kardiyono.
Sebelum mulai banyak dikembangkan, beton non pasir juga telah melalui penelitian di laboratorium dan uji di lapangan. Ia mencontohkan pembuatan bata dari beton non pasir (Batagama) di Dusun Jambon, Bawuran, Pleret, Bantul, struktur beton non pasir bertulang untuk bangunan gapura di Dusun Kemiri dan Perumnas Condongcatur, buis beton sumur resapan, perkerasan jalan lingkungan dan barang kerajinan.
Sementara itu Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Penelitian dan Kerjasama Fakultas Teknik Prof.Ir. Jamasri, Ph.D mengatakan beton non pasir merupakan salah satu hasil penelitian dari fakultas Teknik yang telah diterapkan. Beberapa hasil penelitian lain yang telah diterapkan diantaranya biogas dari jurusan Teknik Kimia, kampung biogas di Kulon Progo serta pembangkit listrik tenaga mikrohidro kerjasama dengan PLN.
“ Mudah-mudahan hasil penelitian semacam ini setelah bisa diterapkan di masyarakat bisa semakin bermanfaat dan ada nilai tambahnya,” jelas Jamasri.
Di sisi lain Wakil Bupati Gunungkidul Hj. Badingah, S.Sos yang membuka acara workshop menjelaskan bahwa hasil penelitian dan penerapan teknologi beton non pasir ini layak mendapatkan apresiasi dan strategis untuk ditindaklanjuti mengingat berbagai nilai kemanfaatan yang cukup prospektif bagi pengembangan wilayah maupun masyarakat khususnya di kawasan karst Gunungkidul.
“ Keberadaan kawasan karst yang menyimpan potensi berbagai jenis batuan sebagai bahan bangunan telah menjadikan teknologi ini sebagai salah satu solusi dalam pengembangan teknologi berbasis sumber daya lokal,” papar Badingah.
Potensi bahan baku yang tersedia di Gunungkidul memungkinkan untuk mengembangkan teknologi beton non pasir sebagai alternatif usaha pertambangan dengan nilai tambah yang cukup besar, salah satunya dengan usaha pembuatan batako, buis beton, beton cetak dll (Humas UGM/Satria-Agung)