Universitas Gadjah Mada, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan PT. Wijaya Karya (Persero) menjalin kerja sama dalam bidang Pengembangan Pendidikan Tinggi, Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat. Bersamaan dengan itu, ketiganya juga melakukan groundbreaking Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di lingkungan UGM.
Kerja sama dalam Bidang Energi Baru Terbarukan Untuk Mendukung Program Kampus Mandiri Energi Hijau ditandatangani oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam, M.Sc Ph.D dan Direktur Utama PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, Agung Budi Waskito, S.T., M.Tech.
Rektor UGM mengatakan kerja sama ini sesuai dengan cita-cita kampus UGM yang terus berupaya mengembangkan energi bersih dan pemanfaatan energi bersih di lingkungan kampus. Dengan kepedulian masyarakat dan dunia maka mulai dari sedikit demi sedikit banyak pihak mulai menurunkan penggunaan energi fosil. Dengan cara pelan-pelan kampus memulai berusaha memperbanyak penggunaan energi surya untuk menyubtitusi sebagian kecil dari energi yang bersumber dari batubara.
“Target pemerintah memang ambisius soal ini dan kita tidak bisa secepat dalam implementasinya maka dari itu bagian-bagian bangunan di UGM yang memungkinkan dipasang sel surya terus diidentifikasi dan kita realisasi pemasangannya,” ujarnya di halaman laboratorium Bahan Bangunan, Fakultas Teknik UGM, Jumat (29/10).
Selain pengembangan energi surya di kampus, kata Rektor, dalam mewujudkan lingkungan yang bersih UGM terus melakukan perawatan dengan cara memanen air hujan, memanfaatkannya, dan konservasinya. Jadi, UGM selalu mengusahakan pemanfaatan-pemanfaatan energi bersih ini sejalan dengan apa yang menjadi program nasional dan program masyarakat dunia.
“Kita lakukan itu semua dan soal pembuktiannya tentu bukan kita sendiri yang menilai. Tentu kita bisa lihat di perangkingan Greenmatric UI salah satunya. Program perangkingan lingkungan yang dikelola oleh UI beberapa tahun lalu kita masuk ranking 6, tahun kemarin ranking 3, dan kita buktikan tahun ini bisa naik atau tidak. Kalau belum naik ya tentunya usaha yang kita lakukan masih belum sebaik universitas yang lainnya,” terangnya.
Ia menambahkan sebetulnya banyak hal bisa dilakukan terkait perubahan kebijakan dan merespons kepedulian internasional terkait isu-isu lingkungan dan energi yang bersih. Untuk itu, ia mendorong Fakultas Teknik UGM menjadi motor untuk riset-riset terkait PLTS.
“Harapannya riset tidak hanya di hulu tapi bisa sampai ke hilir, bagaimana rekan-ekan di Fakultas Teknik bukan hanya di pembuatan sel suryanya tetapi juga sampai pada hilir, panel dan lain-lain dan semua itu bisa bekerja sama dengan PT Wijaya Karya,” tambahnya.
Dirjen Dikti menyatakan dengan kerja sama ini mewujudkan pelaksanaan program kampus mandiri energi hijau di perguruan tinggi melalui pembangkit listrik tenaga surya. Diharapkan dengan kerja sama ini mampu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di lingkungan perguruan tinggi dalam mengembangkan riset dan inovasi sekaligus sebagai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang energi baru terbarukan.
“Kita memang masih punya pekerjaan rumah soal energi bauran baru dan terbarukan. Dari data per 2021 energi capaian baru terbarukan 11 persen, padahal rencana target energi secara nasional 23 persen, dan pada tahun 2025 sebanyak 23 persen pasokan energi tersebut berasal dari energi baru terbarukan. Ini belum ada separuhnya di tahun 2021,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, DEN (Dewan Energi Nasional) dan Kementerian ESDM berusaha melakukan akselerasi secara gotong royong mendorong capaian energi bauran baru dan terbarukan tersebut. Untuk itu Perguruan Tinggi bersemangat menyambut upaya tersebut melalui Program Kampus Mandiri Energi.
“Pilot project pertama di kampus Itera yang juga bersama teman-teman WIKA dan tahun lalu telah meresmikan 1 mega watt pit solar panel, dan menurut laporan saat ini penggunaan sekitar 60 persen dari daya yang dihasilkan untuk keperluan kampus, sisanya menjadi sumber income bagi perguruan tinggi,” ungkap Nizam.
Untuk itu, ia berharap kedepan sinergi antar pelaku energi baru terbarukan, PLN dan Perguruan Tinggi bisa lebih erat lagi. Dengan begitu maka capaian energi baru terbarukan bisa menguntungkan banyak pihak dan Indonesia bisa mencapai target dalam kemandirian energi baru terbarukan.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Wika menyampaikan terima kasih atas inisisasi kerja sama di bidang energi baru terbarukan melalui program kampus mandiri energi. Kerja sama yang terjalin diharapkan menjadi dorongan bagi PT. WIKA untuk semakin memperluas cakupan kerja sama dengan institusi pendidikan untuk berkolaborasi mengembangkan produk berbasis energi baru terbarukan.
Agung Budi Waskito mengungkapkan WIKA telah melalui berbagai transformasi bisnis sejak berdiri 6 dekade lalu. Transformasi bisnis tersebut mulai dari instalatur listrik, kemudian menjadi kontraktor dan kini menjadi perusahaan terdepan di sektor engineering, procurement & construction tanah air, dan produk energi ramah lingkungan.
Hal tersebut juga yang membawa PT WIKA pada pengembangkan produk berbasis energi baru terbarukan sebagai energi masa depan, dan salah satunya diwujudkan pada produk photovoltaic dan berbagai produk lain di bawah WIKA Industri Energi (Winner) yang menjadi bagian dari WIKA Group.
“Kami menyadari begitu besar potensi pemanfaatan energi baru terbarukan, dan dibutuhkan research & development (R&D) berkelanjutan. Untuk itu, kami menyampaikan komitmen PT WIKA menjadikan PLTS di kampus UGM sebagai medium pembelajaran dan laboratorium research & development (R&D),” paparnya.