Universitas Gadjah Mada sepakat menjalin kerjasama dengan PT. Kaltim Methanol Industri (KMI) di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Naskah kerjasama bidang pengoperasian pabrik, rancang bangun, rekayasa penelitian dan pengembangan serta bidang lain yang terkait industri methanol ditandatangani Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, M.Sc dan Direktur Utama PT. KMI, Yoshito Suzuki serta Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. panut Mulyono, M.Eng., Ph.D dan Direktur Umum PT. KMI, Ir. Agus Priyatno.
Suratman mengatakan Universitas Gadjah Mada tengah mengembangkan skema baru sebagai enterpreneurial university. Skema baru tersebut telah dimulai dengan menjalin kerjasama dengan pihak industri, diantaranya PT. Kaltim Methanol Industri.
“Tentu saja, tidak hanya methanol namun juga industri makanan dan lain-lain,” katanya di ruang Multimedia, Kamis (15/1).
Suratman berharap kerjasama dengan PT. KMI mampu memberi support bagi banyak pihak, terutama mahasiswa tingkat master dan doktor agar bisa berkontribusi dan mengambil pengalaman di industri methanol. Tidak sekedar mengembangkan industri methanol, namun jauh yang lebih penting bagaimana memikirkan agar pembangunan terus berkelanjutan.
“Methanol memang sangat potensial di Kalimantan, UGM memiliki riset-riset unggulan terutama di bidang makanan, energi, air, lingkungan, dan juga concern di bidang manajemen,” katanya.
Yoshito Suzuki mengaku meski berdiri semenjak 1991, PT. KMI masih memerlukan dukungan dari UGM dan Perguruan Tinggi lainnya. Terlebih dengan munculnya permintaan-permintaan baru untuk bahan bakar biodiesel dan tingginya permintaan methanol.
“Kami dapat produksi bagus berkat dukungan UGM, dan menjadi sukses dibanding pesaing-pesaing dari Brunei dan Malaysia,” kata Yoshito Suzuki.
Agus Priyatno menambahkan 80 persen yang bekerja di PT. Kaltim Methanol Industri saat ini berasal dari lulusan Fakultas Teknik UGM. Mereka mengerjakan seluruh operation pabrik hingga pemeliharaan operasi PT. KMI.
“Jadi link and match sangat penting sekali. Link and match ini sudah saya lakukan dua puluh tahun di Teknik Kimia FT UGM,” ujarnya.
Dengan link and match, kata Agus, dosen terkadang diundang ke PT. KMI. Sebaliknya, para insinyur senior terkadang dikirim untuk memberikan kuliah tamu di fakultas.
“Karena yang sudah lulus limabelas tahun lalu, kadang teknik kimianya lupa terlanjur berkutat di kegiatan sehari-hari sehingga teori para enginer perlu disegarkan. Dengan link and match antara Gadjah Mada dan KMI, saya yakin tidak hanya dengan KMI saja tapi industri-industri lain, mudah-mudahan mendatangkan benefit bersama,” paparnya.
Menanggapi semua itu, Panut Mulyono merasa bersyukur karena 80 persen enginer PT. KMI lulusan FT UGM. Hal ini membuktikan bahwa lulusan-lulusan FT UGM baik dan memiliki kualitas.
“Meski begitu kita terus memperbaiki sisi softskill. Yang perlu dipahami, Fakultas Teknik UGM memiliki score soft skill competence for enginer yang kurikulumnya kita buat terstruktur meski di luar SKS. Semua itu dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan,” ungkapnya. (Humas UGM/ Agung)