Tim peneliti dari Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non Konvensional (UGRG) FT UGM merilis produk asam humat dan asam fulvat hasil ekstraksi batubara peringkat rendah serta briket dari batubara residunya (Selasa, 19 Desember 2023). Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari PT Bukit Asam Tbk, Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP), BG-KESDM, PT Pupuk Sriwijaya Palembang, Dekan Fakultas Teknik UGM, serta dosen dan mahasiswa FT UGM.
Batubara yang digunakan berasal dari IUP Peranap, salah satu izin usaha pertambangan milik PT Bukit Asam Tbk yang berada di Provinsi Riau dengan luas area mencapai 18.232 hektar dan sumberdaya total mencapai 671 juta ton. IUP Peranap saat ini belum dikembangkan secara optimal karena nilai kalori batubaranya yang masih tergolong rendah. Berangkat dari hal tersebut, tim peneliti UGRG FT UGM yang dipimpin oleh Prof. Ferian Anggara, melakukan penelitian terkait pengembangan teknologi ekstraksi batubara peringkat rendah untuk menghasilkan asam humat yang berkualitas tinggi sehingga dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai sektor, salah satunya pembenah tanah sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Selo, mengapresiasi penelitian ini sebagai tonggak kontribusi FT UGM dalam peningkatan kemandirian pangan. Dekan juga berharap agar potensi yang besar dari ekstraksi asam humat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Dengan adanya penelitian di bidang ini, Fakultas Teknik memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung terwujudnya tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yakni pilar pembangunan ekonomi dan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh tim UGRG ini merupakan hasil kontribusi dan kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk sebagai produsen batubara sekaligus mitra utama, PSDMBP Kelompok Batubara dan Gambut, serta Pupuk Indonesia Holding sebagai industri pupuk terkait pemanfaatan asam humat. Produk yang di-launching kali ini adalah produk pendanaan Kedaireka tahun 2023, rekacipta dengan kontributor utama dari PT Bukit Asam Tbk. Tim UGRG berharap dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, asam humat yang dihasilkan dapat dihilirkan dengan lebih cepat.
Prof. Ferian Anggara mengatakan dalam presentasinya bahwa Indonesia memiliki 37 milyar ton cadangan batubara, namun 35% di antaranya merupakan batubara yang memiliki kalori rendah sehingga kurang memiliki nilai ekonomis. Poin penting dari penelitian ini adalah upaya pemanfaatan batubara kalori rendah untuk peningkatan nilai tambah.
“Ketika berbicara terkait ekstraksi asam humat, ini bukan sesuatu yang luar biasa untuk melakukannya, tetapi ada skill dan resep tertentu yang ditambahkan untuk menghasilkan asam humat dengan kualitas sesuai dengan SNI dan yield (perolehan) yang signifikan. Resep itulah yang saat ini sedang kami ajukan patennya untuk pengaplikasian esktraksi asam humat dari batubara peringkat rendah,” ujarnya.
Asam humat dalam skema penelitian UGRG ini adalah bagian kecil dari payung penelitian terkait low carbon smart city di area tambang untuk mendukung program pemerintah untuk mencapai target net zero carbon emission di tahun 2060.
Prof. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, anggota tim peneliti asam humat, juga menambahkan bahwa dalam penelitian ini telah dibuat prototipe yang memiliki kapasitas 10 kg batubara dalam satu kali pemrosesan. Melalui prototipe yang dibuat ini, keseluruhan proses ekstraksi asam humat sudah dapat diakomodasi. Untuk selanjutnya, prototipe ini akan digunakan sebagai justifikasi ketika akan dilakukan scale up dan dijadikan proses yang kontinu. Selain dari sisi teknis, kajian mengenai feasibility serta potensi pasar dari produk asam humat juga dilakukan oleh tim peneliti UGRG. Dalam pemanfaatannya sebagai pembenah tanah, humus atau asam humat dengan unsur karbon yang dimilikinya, dapat memberikan banyak manfaat bagi kesuburan tanah serta peningkatan pertumbuhan tanaman.
Dengan pemanfaatan batubara peringkat rendah menjadi produk asam humat, diharapkan dapat meningkatkan circular economy dan membawa manfaat bagi berbagai pihak.
“Launching ini merupakan bentuk persembahan kami pada ulang tahun UGM yang ke-74,” ungkap Prof. Ferian. Upaya yang dilakukan para peneliti FT UGM ini, merupakan bagian dari proses mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), utamanya mendukung ketahanan pangan melalui pemanfaatan asam humat sebagai pembenah tanah, saling berjejaring dan bermitra untuk mencapat tujuan, serta bentuk inovasi dari kampus untuk dimanfaatkan langsung oleh industri. (Salsabila AA/Review: Ferian A.)