Prestasi gemilang berhasil diraih oleh Tim NCT UGM di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-36 di Universitas Padjajaran. Tim dengan anggota multidisiplin ilmu ini berhasil meraih medali emas pada kategori presentasi untuk bidang PKM-Gagasan Futuristik Tertulis (PKM-GFT). Gagasan yang dibuat berjudul NCT (Neutral Carbon Transportation): Inovasi Sistem Transportasi berbasis E-fuel sebagai Supporting Konsep Self Managing Weather City di Indonesia, yang terinspirasi dari pengembangan Smart City yang menerapkan konsep Net Zero Emission carbon.
Berangkat dari hal tersebut, Ivandi Cahya Pratama (Teknik Nuklir, 2021) sebagai ketua, bersama Ramanda Adam (Kimia, 2021), Elysa Umiati (Kimia, 2021), Pradhita Puspita Dewi (Kimia, 2021), dan Luthfita Keysha A.G (Kimia, 2021), melakukan kajian mengenai konsep kota Net Zero Emision Carbon.
Gagasan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan tingginya emisi karbon. Indonesia juga merupakan penyumbang emisi karbon yang besar di dunia yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia seperti Jambi, Palembang, dan Jakarta. Tim kemudian mulai mengkaji asal sumber emisi karbon tersebut. Setelah melakukan riset, tim menemukan bahwa emisi karbon banyak dihasilkan oleh pabrik industri dan hasil pembakaran pada kendaraan bermotor. Hal tersebut didukung pula oleh data jumlah kendaraan bermotor di Indonesia hingga tahun 2021 mencapai sekitar 141 juta.
Melalui analisis permasalahan tersebut Ivandi dkk. membuat sebuah gagasan futuristik NCT (Neutral Carbon Transportation) sistem transportasi netral karbon untuk mengurangi emisi karbon dengan mengganti bahan bakar minyak (BBM) yang ada saat ini dengan electro fuel (e-fuel).
E-fuel ini merupakan alternatif sintetik untuk bahan bakar fosil yang terbuat dari hidrogen dan CO2. E-fuel dipilih sebagai pengganti BBM karena pembuatan berbagai bahan bakar tersebut prosesnya menghasilkan emisi karbon yang tinggi, sedangkan pada proses pembuatan e-fuel. Tim NCT melakukan absorpsi CO2 yang ada di lingkungan atmosfer sehingga dapat membantu mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Proses produksi e-fuel ini dimulai dari suplai CO2 dari alat direct carbon yaitu CCU dan suplai energi listrik dari teknologi energi terbarukan ke sistem CO-elektrolisis dimana elektrolisis yang akan menghasilkan produk CO. Hasil CO-elektrolisis ini akan mengalami proses FT synthesis.
Proses FT synthesis merupakan proses konversi CO dan H2 menjadi hidrokarbon cair yang dapat diubah menjadi sebuah bahan bakar melalui fraksinasi tingkat lanjut. Melalui proses tersebut dapat dihasilkan berbagai jenis bahan bakar turunan yang dapat digunakan pada berbagai kendaraan seperti motor, mobil, traktor, kapal, dan pesawat.
Selain itu, untuk kegiatan monitoring Tim NCT mengagas konsep self managing weather city dengan menggunakan teknologi artificial intelegence (AI). Dalam hal ini, kota dapat beradaptasi dengan melakukan perubahan cuaca yang ada berdasarkan data perubahan suhu, kelembapan udara, dan kadar karbondioksida melalui proses penyemaian awan dengan sebuah perangkat unmanned aerial vehicle (UAV). Hal tersebut dilakukan untuk mengontrol kualitas udara selama proses peralihan bahan bakar menggunakan e-fuel.
“Kami berharap dapat turut serta dalam membantu memberikan solusi atas permasalahan tingginya emisi karbon yang ada dunia dan di Indonesia,” ungkap Ivandi. Tim NCT juga berharap gagasan yang dibuat dapat dikembangkan lebih lanjut melalui kerja sama pemerintah maupun akademisi sehingga dapat ditemukan formula teknologi dan sumber daya yang tepat agar dapat diperoleh hasil yang sangat maksimal. (Sumber: Ivandi, Tim NCT/Editor: Purwoko)