JAKARTA – Pakar Universitas Gadjah Mada mengusulkan penggunaan teknologi sumur injeksi air tanah untuk mengatasi permasalahan penurunan muka air tanah dan kenaikan pengambilan air tanah di DKI Jakarta. Pasalnya telah terjadi pengambilan air tanah yang berlebihan dan tidak terkontrol selama lebih dari 36 tahun yang menyebabkan penurunan air tanah yang diikuti amblesan, banjir genangan dan intrusi air laut.
Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM, Dr. Wahyu Wilopo, mengatakan pengambilan air tanah yang berlebihan di DKI menyebabkan penurunan muka air tanah yang cukup drastis. “Penurunan muka air tanah sebagian besar berada di bawah muka air laut yang memicu intrusi air laut terutama di daerah dekat pantai. Apalagi belum ada pemetaan air asin di Jakarta,” kata Wahyu saat memaparkan usulan inovasi UGM untuk mengatasi masalah DKI Jakarta di hadapan Gubernur DKI Joko Widodo beserta jajaran kepala Dinas Pemprov DKI, Selasa (24/9), di Balaikota pemerintah provinsi DKI.
Wahyu mengatakan dari tahun ke tahun kondisi muka air tanah di DKI semakin menurun. Bahkan telah memicu makin banyaknya daerah amblesan. Tidak hanta itu, konsentrasi daerah langganan banjir di DKI hampir sama banyaknya dengan tingkat amblesan. “Bukan hanya daerah Puncak Bogor yang sebabkan banjir tapi di Jakarta sendiri ada penuruan muka air tanah yang memicunya,” katanya.
Solusi yang sekarang diambil pemerintah DKI dengan memperbanyak sumur resapan untuk mengurangi daerah genangan banjir menurut hematnya tidaklah cukup. Sumur resapan hanya mampu menyetuh daerah permukaan yang berjarak 10 hingga 15 meter dari permukaan. “Untuk sumur injeksi, justru sumber air yang digunakan dari air bekas banjir atau air sungai,” katanya.
Sedangkan daerah yang mengalami amblesan di DKI Jakarta selama kurun waktu 1974 hingga 2010 sebagian besar terjadi di daerah pantai utara DKI. Di daerah lain yang juga mempunyai amblesan yang cukup besar merupakan prioritas untuk dilakukan perlakukan sumur injeksi air tanah.
Tidak hanya masalah penurunan muka air tanah yang menjadi perhatian khusus dari akademisi UGM. Guru besar FK UGM Prof. Dr. dr. Adi Utarini mengusulkan program bersama dengan sejumlah universitas di DKI dan IDI cabang DKI untuk program sertifikasi dokter layanan primer di 340 puskesmas. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu layanan primer lewat peningkatan sertifikasi kompetensi dokter.
“Selama ini masyarakat menganggap layanan primer di puskesmas kurang terpercaya sehingga minta dirujuk ke rumah sakit. Kita ingin mengangkat citra layanan primer dan dokter spesialis bangga bekerja di layanan primer,” katanya.
Lebih dari itu, tambah Adi Utarini, penguatan sistem layanan primer diharapkan mampu memperbaiki sistem rujukan karena tingginya layanan rujujan khususnya untuk rujukan tidak terencana seperti kasus gawat darurat dan rujukan balik dari rumah sakit ke puskesmas. “Kita mengusulkan adanya sistem informasi kapasitas bed rawat inap dan sistem informasi rujukan puskesmas dan rumah sakit,” kata Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM ini.
Sedangkan Dr. Subandi dari fakultas Psikologi UGM mengusulkan program khusus untuk pelayanan kesehatan mental anak dan remaja. Soalnya, kasus permasalahan kesehatan mental anak dan remaja di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. “Kasus bunuh diri di Jakarta sepanjang 1995-2004 mencapai 5,8% per 100 ribu penduduk,” katanya.
Lewat program school well-being, kata Subandi, tim Psikologi UGM menawarkan kegiatan pelatihan deteksi dini masalah kesehatan mental di sekolah, pelatihan konselor sekolah profesional, pelatihan guru menjadi motivator siswa dan pelatihan peningkatan ketahanan mental siswa.
Selain bidang kesehatan, teknik sipil dan psikologi, pakar UGM lainnya menawarkan usulan lain mengenai pengembangan industri pengelolaan sampah yang berbasis kemandirian energi. Dosen Teknik Kimia UGM, Wiranti, S.T, M.T., Ph.D., mengusulkan pemanfaatan sampah organik untuk diolah jadi produk biogas, listrik dan pupuk organik. “Saat ini 5000 hingga 6000 ton sampah dari DKI dikirim ke Bandargebang. Untuk mengolah sampah organik minimal kita butuh 500 ton,” katanya.
Teguh Yuwono, M.Sc., dari Fakultas kehutanan UGM, menawarkan penanaman jenis pohon tertentu untuk mengurangi polutan yang ditanam di 350 taman kota DKI. Menurutnya selama ini jenis pohon yang ditanam umumnya tanaman yang mudah hidup, mudah didapatkan bibitnya, tapi bukan jenis tanaman yang bisa mengurangi jumlah polutan. “Sebagian besar tanaman mahoni. Tanaman yang bisa mengurangi polutan itu seperti tanjung dan sawo kecik. Kita mengusulkan juga ditanam tanaman konservasi jenis endemik, langka dan dilindungi,” katanya.
Menanggapi pemaparan dari pakar-pakar UGM tersebut, Jokowi, mengakui usulan yang ditawarkan cukup menarik. Bahkan usulan tersebut menurutnya bisa dieksekusi langsung di lapangan. “Sangat menarik semuanya. Kita memang ingin semua bisa dilakukan lewat tindakan riil di lapangan. Ini diperlukan sekali,” katanya.
Jokowi dalam kesempatan tersebut mempersilahkan jajaran kepala dinasnya yang ikut hadir menyaksikan pemamparan tim pakar UGM untuk memberi respon dan menyampaikan tanggapan mereka. Dengan gayanya yang tegas dan lugas, Jokowi meminta kepalas dinasnya menjawab dengan lugas apa yang telah mereka lakukan di lapangan sehubungan dengan usulan yang ditawarkan pakar dari UGM. “Responnya juga harus cepat ya,” pintanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber: ugm.ac.id