Sumber daya manusia unggul punya porsi terbesar dalam ekosistem riset. SDM unggul ini bisa berkembang jika ada infrastruktur. Maka dari itu, diaspora yang bergelut pada bidang riset, tidak mungkin mau kembali ke Indonesia jika tidak ada infrastruktur riset. Demikian salah satu point yang disampaikan Kepala BRIN Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., pada pidato ilmiah dalam rangka Puncak Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke 76 (Kamis, 17 Februari 2022).
Kepala BRIN juga menyampaikan bahwa sesungguhnya reverse engineering merupakan proses generik dari riset itu sendiri. Namun demikian, Kepala BRIN menegaskan, bahwa sekadar mempelajari, memahami, kemudian mampu meniru belum masuk pada kategori inovasi. “Tentu itu tidak bisa diharapkan menjadi produk massal, karena tidak mengandung teknologi kunci, tidak mengandung invensi apapun yang bisa memberikan diferensiasi dengan produk sebelumnya”, terangnya. Oleh karena itu, terang Kepala BRIN, dalam proses modifikasi di reverse engineering hendaknya ada proses perbaikan yang mengarah pada invensi.
Terkait dengan hal di atas, BRIN memiliki tugas dalam mengedukasi masyarakat awam serta komunitas periset dan akademisi, membantu di aktivitas riset yang dilakukan periset dan hilirisasi oleh industri. Selain itu, BRIN juga memiliki tanggung jawab dan fokus dalam memperkuat dan memperbaiki ekosistem riset dan inovasi.
Setidaknya ada 3 ekosistem riset yang ditekankan Kepala BRIN. Pertama SDM unggul yang memiliki porsi hingga 70%, infrastruktur riset dengan porsi 20%, kemudian anggaran dengan porsi 10%.
Meskipun anggaran memiliki porsi paling kecil, anggaran berfungsi sebagai enabler utama. Riset tidak bisa mulai tanpa ada anggaran. Namun secara umum yang paling utama memiliki kontribusi terbesar sebagai input untuk melakukan aktivitas riset dan inovasi itu SDM unggul. “Kita harus fokus pada pengembangan SDM unggul, termasuk di bidang keteknikan”, tegas Kepala BRIN.
Problem riset di Indonesia, menurut Kepala BRIN, ada 2 yaitu aktivitas riset didominasi lembaga pemerintah, serta dominasi ini berserakan di 74 kementrian/lembaga. Integrasi berbagai lembaga ini dalam BRIN sebenarnya merupakan integrasi sumber daya riset (SDM, infrastruktur, anggaran) dan inovasi, bukan integrasi kelembagaan.
Dalam rangka memperkuat aktivitas riset dan inovasi di Indonesia, terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh BRIN, yaitu strategi regulasi, kemudian open platform, serta mobilitas riset.
Menutup pidatonya, Kepala BRIN menyampaikan harapan pada FT UGM. “Semoga dies natalis ke 76 FT UGM ini kembali mengingatkan kita tidak hanya terkait dengan kehebatan kita di masa sebelumnya, tetapi justru harus menjadikan apa yang sudah kita lakukan selama 76 tahun ini bisa menjadi bekal untuk makin memperkuat kita semua khususnya dalam melakukan riset dan inovasi di bidang-bidang keteknikan,” harap Kepala BRIN menutup pidatonya. (Humas FT: Purwoko)
Pidato ilmiah dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=UfuwZP29ZYc&t=8560s