Gempa merupakan bencana yang tidak bisa diprediksi. Gempa juga berakibat luas, mulai dari kerusakan fisik sampai dengan sosial ekonomi masyarakat. Demikian pula gempa Lombok yang mengakibatkan lebih dari 30.000 rumah rusak. [1]
Pembangunan kembali rumah sesuai keadaan semula memerlukan waktu dan biaya. Padahal rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Namun, desain RISBA yang dikembangkan Dr. Ashar Saputra dkk. dari Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM bisa menjadi solusi kebutuhan rumah bagi para korban gempa.
RISBA, merupakan kependekan dari Rumah Instan Struktur Baja. Gagasan ini muncul dari pemikiran Dr. Ashar Saputra, yang kemudian diujicobakan dan disempurnakan dengan masukan Tim Fakultas Teknik UGM. RISBA dibuat agar masyarakat terdampak gempa dapat segera membangun dan menempati kembali rumahnya. “Dengan banyaknya jumlah rumah yang rusak, maka diperlukan teknologi pembangunan rumah yang tahan gempa, awet, dan bisa cepat dibangun”, demikian Dr. Ashar menjelaskan.
Lebih lanjut, Dr. Ashar menyampaikan bahwa RISBA dikembangkan dengan target sasaran masyarakat kebanyakan, sehingga dibuat dengan teknologi yang sederhana. Tujuan lain pemilihan teknologi yang sederhana ini adalah agar memberikan peluang yang besar untuk melibatkan masyarakat melalui mekanisme pemberdayaan masyarakat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui surat keterangan Kepala Harian Satgas Pelaksana Penanggunalangan Gempa Lombok no: UM.03.04/SATGASLAK/LB/078/2018, menerangkan bahwa Rumah Instan Baja (RISBA) memenuhi kriteria rumah tahan gempa dan dapat diterapkan dalam rangka pembangunan kembali perumahan rakyat yang terdampak gempa di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Surat keterangan ini tentunya melalui proses telaah. Dr. Ashar sendiri menyiapkan dokumen perhitungan struktur untuk menahan beban normal, beban angin, dan beban gempa. Selain itu juga memberikan informasi mutu bahan baja yang digunakan dengan disertai dengan hasil uji laboratoriumnya. Sebagai kelengkapan pelaksanaan, maka diperlukan juga dokumen teknis gambar detail dan dokumen petunjuk teknisnya.
RISBA, memiliki berbagai keunggulan. Bahan untuk membangun RISBA mudah dijumpai di toko bahan bangunan. Materialnya menggunakan bahan-bahan hasil produksi industri masal yang sudah umum dijumpai. Dengan bahan yang sudah memenuhi standar SNI, maka kualitas bahan bisa lebih terjamin dan bisa relatif seragam. Selain itu, penggunaan struktur baja memiliki sifat yang liat, tidak mudah patah/putus. Filosofi kinerja strukturnya adalah sambungan pada kondisi elastis harus memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan kapasitas penampang balok dan kolom dalam kondisi plastis.
Perakitan dan penyambungan menggunakan cara pengelasan yang cukup sederhana, sehingga memudahkan dalam pelaksanaanya di lapangan. Struktur baja bisa awet dengan cara diberi lapisan anti karat yang dilakukan diawal proses pembangunan, dengan cara pelapisan yang mudah dan cepat. Karena metode pembangunannya sederhana, maka RISBA bisa dibangun dengan cepat. Struktur bangunan dari baja yang ringan, serta dinding dan atap yang ringan, akan menurunkan resiko munculnya korban karena tertimpa bahan bangunan.
Desain RISBA dapat digunakan oleh siapapun yang membutuhkan, terutama yang terdampak gempa bumi. Pembangunannya bisa dilakukan mandiri atau oleh aplikator yang sudah diberi pelatihan dengan tetap mengedepankan pemberdayaan masyarakat.
Konsep RISBA diaplikasikan pertama kali pada akhir Agustus 2018 dalam bentuk rumah induk yang berukuran 3×6 sebanyak 50 unit. Selanjutnya konsep RISBA terus dikembangkan untuk digunakan pada pembangunan ruang kelas dan ruang untuk rumah baca dan posyandu. Saat ini sudah dibuat desain standar untuk pembagunan rumah berukuran 6×6 sesuai dengan rekomendasi denah dari Pemerintah Provinsi NTB. Untuk Selanjutnya RISBA akan digunakan pada proses rekonstruksi untuk membangun kembali rumah warga yang rusak karena kejadian gempa.
Pengembangan RISBA ini mendapat sambutan dari berbagai pihak. “Upaya pemerintah dalam penanganan gempa Lombok perlu mendapat dukungan dari kita semua. FT UGM sejak awal kejadian bencana aktif menerjunkan dosen dan mahasiswa ke lokasi bencana. Salah satu fokusnya adalah hunian bagi masyarakat yg kehilangan tempat tinggal. Kami mengapresiasi kerja Dr. Ashar Saputra dan tim dalam mengembangkan dan membuat prototipe rumah instan rangka baja yang cepat dibuat dan tahan gempa. Dalam 1 bulan sudah berhasil dibangun 50 unit di Lombok Utara. Semoga dengan adanya RISBA, pemulihan Lombok bisa semakin cepat terlaksana”, Dekan FT UGM, Prof. Ir. Nizam, Ph.D., mengapresiasi dengan penuh semangat. (Humas FT: Purwoko, berdasar komunikasi dengan Dr. Ashar Saputra)
[1] https://bnpb.go.id/32129-unit-rumah-rusak-akibat-gempa-lombok-telah-diverifikasi-upaya-perbaikan-rumah-terus-dilakukan