Lomba Karya Tulis Nuclear Green and Sustainable Energy Festival merupakan lomba KTI individu sebagai bagian dari acara Nuclear Green and Sustainable Energy Festival yang diadakan oleh Universitas Bangka Belitung dan didukung oleh PT. Thorcon Power Indonesia. Lomba KTI ini memiliki tema besar energi nuklir sebagai sumber daya yang hijau dan berkelanjutan sesuai dengan judul lomba. Adapun bagian inti karya tulis yang dibuat dibatasi menjadi 10 halaman saja. Lomba ini diikuti oleh sekitar 180 peserta yang mengumpulkan abstrak. Dari 180 peserta yang mengumpulkan abstrak, dipilih 50 peserta yang lolos tahapan pengumpulan full paper. Akhirnya, dipilih 10 peserta terbaik yang akan mempresentasikan karya tulis yang dibuat di hadapan dewan juri.
Judul KTI yang diusulkan oleh Alfonsus Rahmadi Putranto Gusti (Teknik Nuklir 2019) merupakan salah satu judul yang ditawarkan Bapak Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T. (Dosen DTNTF) dan M. Yayan Adi Putra, S.T. (mahasiswa S2 Teknik Fisika FT UGM), yaitu Mikro Reaktor untuk produksi hidrogen dalam upaya menuju sumber bahan bakar bersih. Alfon kemudian membayangkan bahwa hidrogen tersebut dimanfaatkan di ibu kota baru dengan maksud sebagai penggerak kendaraan umum bus berbasiskan fuel cell. Berangkat dari topik dan bayangan tersebut, Alfon kemudian membuat alur gagasan dari karya tulis yang hendak dibuat. Alfon harus mengestimasi bagaimana nantinya kendaraan bus menempuh jarak operasinya di Ibu Kota Nusantara. Alfon juga harus dapat mengestimasi kebutuhan harian hidrogen total dari sistem transportasi fuel cell tersebut. Kemudian, memperhitungkan dan membandingkan sisi ekonomis dari pemanfaatan hidrogen. Terakhir, menentukan apakah mikro reaktor jenis tertentu mampu digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karya tulis tersebut berhasil meraih juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Nuclear Green and Sustainable Energy Festival.
Untuk mengestimasi jarak tempuh harian bus di Ibu Kota baru, pertama-tama dicari penelitian mengenai jarak tempuh Bus di Kota Nizhny Novgorod, Russia, pada tulisan ilmiah milik Peskov dkk yang berjudul ‘Rated definition of daily fuel consumption of a city shuttle bus’. Selanjutnya, dilakukan estimasi jarak tempuh bus di Ibu Kota Nusantara (IKN) berdasarkan perbandingan estimasi populasi dan estimasi wilayah IKN dengan populasi dan wilayah Nizhny Novgorod dengan tambahan estimasi tertentu. Dari jarak tempuh tersebut, kebutuhan hidrogen harian dapat diperkiran menggunakan perbandingan konsumsi bus berbasis fuel cell yang diteliti oleh D’Ovidio dkk. dalam tulisan ilmiah berjudul “City bus powered by hydrogen fuel cell and flywheel energy storage system”. Selanjutnya, biaya kebutuhan hidrogen harian dihitung menggunakan aplikasi HydCalc dari IAEA. Adapun skenario yang diberikan adalah tiga jenis metode meliputi steam reforming, elektrolisis konvensional, dan elektrolisis temperatur tinggi menggunakan harga sumber energi termahal dan termurah yang ada pada aplikasi HydCalc. Dari perbandingan tersebut, dapat ditentukan bahwa metode produksi hydrogen yang paling hijau dan ekonomis adalah elektrolisis temperatur tinggi yang dapat dilakukan pada Mikro Reaktor berbasis HTGR (High Temperature Gas Reactor), MSR (Molten Salt Reactor), GFR (Gas Cooled Fast Reactor), serta LMR (Liquid Metal Cooled Reactor) dengan perangkat tambahan Advance Moderator Module (AMM). Tingkat kehijauan produksi dilihat dari perhitungan emisi CO2 dari HydCalc, sedangkan tingkat keekonomisan dapat dilihat dari harga produksi yang juga terkait dengan harga sumber energi per kWh.
Alfon mengungkapkan bahwa karya tulisnya sebenarnya dapat dielaborasikan dengan lebih lanjut menggunakan program HEEP (Hydrogen Economic Evaluation Program) dari IAEA. Alfon sendiri sebenarnya ingin menggunakan program tersebut pada mulanya, tetapi restriksi bagian inti sebanyak 10 halaman tidak dapat terpenuhi apabila HEEP digunakan. Oleh karena itu, Alfon berpesan bahwa mahasiswa dan civitas DTNTF dapat mempertimbangkan program ini apabila ingin melakukan evaluasi ekonomis mendalam terhadap kogenerasi produksi hidrogen. Salah satu hal yang menarik bagi Alfon adalah kenyataan bahwa tulisan ini merupakan tulisan pertama penulis yang dilombakan di jenjang perkuliahan yang cukup “tua” di semester VI. Alfon menambahkan “Untuk mahasiswa TNTF yang ingin menulis dan kadang masih ragu dengan tulisannya, jangan ragu untuk mengumpulkan tulisan tersebut. Dengan usaha dan bimbingan para dosen, saya yakin bahwa tulisan tersebut paling tidak dapat mengembangkan kemampuan dalam hal kepenulisan.”
Sumber: https://tf.ugm.ac.id