“Saya tidak ingin penelitian tentang sel darah putih hanya berakhir sebagai tugas akhir saja” (Bimantara Hanumpraja)
***
Melalui tema penelitian “Sel Darah Putih menggunakan Kecerdasan Buatan” Bimantara Hanumpraja dan Ilham Zulfikri Firdaus (Teknik Fisika 2015), serta Ayu Ariningsih (D3 Teknologi Instrumentasi, Sekolah Vokasi 2016) yang tergabung dalam tim Hematobot mengikuti kompetisi 3rd Open Innovation IMERI FKUI 2019 di Gedung IMERI FKUI Jakarta Timur pada tanggal 27-28 April 2019. Kompetisi ini bertema Artificial Intellegence 4.0 dalam bidang kedokteran.
Bima melihat ada berbagai penelitian tentang sel darah putih yang dilakukan oleh mahasiswadi Teknik Fisika FT UGM. Dengan pertimbangan tidak ingin penelitian tersebut hanya sampai level tugas akhir saja, Bima hendak membawanya dalam level kompetisi. Membuka manfaat bagi orang lain, dikembangkan dalam bentuk startup, membantu pengembangan ekonomi digital, serta tentu saja juga bertujuan ikut kontribusi dalam bidang kesehatan khususnya hematologi.
“Kami juga ingin membantu praktisi medis, yang kesehariannya menghitung sel darah putih masih secara manual,” tutur Bima. Di rumah sakit, secara manual, hematologis memerlukan waktu 3 jam untuk memeriksa 1 preparat. Dengan beban 5 preparat per hari, menyebabkan kelelahan dan human error.
Bima, mengajak rekannya sesama mahasiswa Teknik Fisika, Ilham, yang melakukan penelitian tugas akhir dalam bidang sel darah putih. Dengan modal pemahaman sel darah putih tersebut, anggota ketiga, Ayu, direkrut dengan pertimbangan menguasai pengembangan aplikasi. Kajian yang dilakukan tim Hemabot adalah inovasi klasifikasi kanker sel darah putih ALL tipe L1 menggunakan aplikasi berbasis android. “Dengan inovasi ini, identifikasi kanker bisa lebih cepat,” terang Bima.
Tim Hemabot berhasil mengungguli 84 tim lainnya. Pada awalnya terdapat 85 peserta yang mengajukan penelitian lomba. Hasil seleksi menyisakan 30 peserta yang kemudian mengikuti presentasi pada tanggal 27-28 April 2019. “Peserta berasal dari berbagai latar belakang. Ada mahasiswa, peneliti, dokter, dan juga dari perusahaan,” terang Bima. Tim Hemabot berhasil meraih juara 1 serta berhak atas hadiah Rp20 juta.
****
Banyak hal yang diperoleh Bima dkk. selama kompetisi. Pada sesi seminar, berbagai perkembangan dunia kedokteran diperbincangkan. Lalu, dari sisi apakah Tim Hemabot bisa memenangkan kompetisi?
“Presentasi yang paling diutamakan, jika ada waktu baru diperlihatkan prototipe,” kata Bima. Selain itu, tidak terlalu masuk dalam detail teknis, misalnya tentang deep learning. Cukup disampaikan secara awam, tambah Bima. Latar belakang penelitian Hemabot yang berawal dari kebutuhan di rumahsakit, serta konsep keberlanjutan juga menjadi faktor pembeda tim Hemabot.
Tim akan mengembangkan lagi produk ini baik dalam segi kelas leukimia yang dapat dideteksi, automatic counter jumlah sel darah putih, platform yang dapat digunakan dalam menggunakan hematobot maupun pengembangan menjadi sebuah STARTUP dalam bidang medis. (Humas FT: Purwoko/Foto: Hemabot)