Berkaitan dengan pembangunan SDM unggul dan penguasaan IPTEK, pendidikan tinggi mempunyai peran yang sangat strategis dan menantang. Tantangan pendidikan saat ini ditandai adanya perubahan yang sangat cepat dan dinamis diikuti munculnya permasalahan global dan nasional yang membutuhkan kecepatan bertindak.
Dinamika perubahan dan tuntutan kompetensi di masa depan menjadi dasar diperlukannya transformasi pendidikan tinggi untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. “Pendidikan tinggi harus bertransformasi menjadi lebih fleksibel, inovatif, integratif, kolaboratif, dan berdampak, seiring dengan pembangunan manusia Indonesia cerdas yang berakhlak mulia,”ujar Prof. Dr. Ir. Sri Suning Kusumawardani, ST, MT di Balai Senat UGM, Kamis (23/11).
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemdikbudristek menyampaikan hal itu saat dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Elektronik (E-Learning) pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Dalam pengukuhannya, ia menyampaikan pidato berjudul E-Learning Dan Transformasi Pendidikan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045.
“Soal pendidikan berkualitas ini telah ditegaskan pada poin ke-empat dari tujuh belas poin Sustainable Development Goals (SDGs) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan yang berkualitas diperlukan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, salah satunya adalah e-Learning,” terangnya.
Suning menyebut E-Learning merupakan inovasi besar dalam bidang pendidikan yang memegang peranan penting dalam menyebarluaskan IPTEK dan kesadaran masyarakat dunia terhadap isu-isu global. Hal ini didukung dengan meningkatnya akses internet di seluruh belahan dunia.
E-Learning menjadi kebutuhan penting yaitu sebagai kendaraan untuk melakukan transformasi pendidikan tinggi di era digital saat ini. Salah satu alasan utamanya adalah karena generasi peserta didik sekarang dikenal dengan “digital native” atau generasi yang tumbuh di era digital.
“Pandemi covid-19 mempercepat penggunaan e-Learning karena generasi digital yang terbiasa dengan teknologi telah menjadi sangat bergantung pada pembelajaran daring,” jelasnya.
Suning berpandangan kebutuhan akan keberlanjutan pendidikan selama pembatasan fisik mendorong adopsi e-Learning. Ini mengungkap efektivitas e-Learning dalam mendukung pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tentunya mendorong dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar pembentukan pembelajar sepanjang hayat sebagai kompetensi esensial di abad 21. Bisa disebut penggunaan e-Learning bukan hanya mengikuti tren, tetapi memungkinkan pendidikan yang menarik dan efektif dalam menyiapkan SDM unggul.
“Kita juga perlu menyadari bahwa pedagogi di pendidikan tinggi sudah seharusnya menggunakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa (andragogi). Bahkan saatnya memberi proporsi pada implementasi model dan metode yang relevan dengan pembelajaran mandiri, heutagogi,” ungkapnya.
Angka Partisipasi Kasar (APK) di perguruan tinggi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 39,37 persen. Angka ini melewati target RPJMN 2024 sebesar 37 persen, dan telah terjadi peningkatan yang signifikan, dari 32 persen pada tahun 2021 menjadi 39 persen pada tahun 2022.
Meskipun APK telah melampaui target yang ditetapkan, tantangan tetap ada dalam memastikan akses terhadap kualitas pendidikan yang merata, tanpa memandang batas geografis dengan kualitas yang sama. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakmerataan akses pendidikan tinggi meliputi faktor geografis (lokasi perguruan tinggi yang jauh dari tempat tinggal masyarakat), faktor ekonomi (biaya pendidikan tinggi yang masih relatif tinggi), dan faktor sosial (kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan tinggi).
“Faktor lain yang perlu disadari adalah kebutuhan peningkatan relevansi, keterampilan masa depan, serta keterampilan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, e-Learning dan transformasi pendidikan tinggi dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah terbatasnya akses ke pendidikan tinggi, meningkatkan relevansi dan mutu pendidikan tinggi,” ucapnya.
Suning menandaskan memahami perjalanan e-Learning dan transformasi pendidikan tinggi akan memberikan perspektif tentang bagaimana teknologi berperan dalam proses transformasi pendidikan tinggi sejak dulu hingga saat ini. Seperti tahun ini, di tahun 2023 menjadi breakout year bagi teknologi generative AI. Teknologi baru tersebut, termasuk teknologi kecerdasan buatan dan blockchain, yang tentunya akan menjadi peluang sangat menarik dan menantang untuk diterapkan dalam pengembangan e-Learning dan proses transformasi pendidikan tinggi.
“Sebagai contoh, teknologi blockchain dapat diimplementasikan untuk pencatatan kredit mata kuliah peserta didik, pengamanan sistem ujian pada e-Learning, otentikasi profil peserta didik, dan verifikasi dokumen ijazah sehingga manipulasi data pendidikan tidak akan terjadi. Hal ini tentunya memungkinkan kita untuk menciptakan kualitas pembelajaran yang lebih baik dan merata, serta menciptakan sumber daya manusia unggul,” tandasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie
Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/prof-suning-e-learning-memungkinkan-pendidikan-menarik-dan-efektif/