Kepuasan pengguna dalam penyelesaian masalah adalah tujuan utama perancangan instrumentasi, sekaligus sebagai kunci sukses dalam penjualannya. Oleh karena itu, sifat dasar sebuah instrumen adalah “melayani”. Instrumen rumit dan canggih diperbolehkan sepanjang sifat “melayani”-nya tetap ada.
Menurut Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D., produk instrumen ialah produk yang bersifat “mempermudah”, bukannya “memperumit”. Serumit dan secanggih apapun, instrumen harus menganggap pengguna adalah “tuan”-nya dan harus disadari bahwa pengguna semakin lama semakin manja.
“Kemanjaan adalah salah satu bentuk ‘masalah’ yang harus diselesaikan karena salah persepsi dalam merumuskan masalah pengguna sangat berpotensi menggagalkan usaha pemuasan pengguna nantinya,” jelasnya di Balai Senat UGM, Senin (5/10).
Pakar perancangan instrumentasi, efek radiasi, dan sistem telekontrol mengatakan hal itu saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Laki-laki kelahiran Solo, 24 November 1955 ini menyampaikan pidato berjudul “Teknologi Instrumentasi Berbasis Penyelesaian Masalah”.
Dikatakannya bahwa dalam proses merancang sebuah instrumen, idealnya melibatkan pengguna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini perlu dilakukan guna mengurangi risiko pemborosan dan bongkar pasang dalam rancang bangun instrumen tersebut. Sunarno beranggapan selalu ada sisi lemah suatu instrumen dari sudut pandang pengguna. Berbagai kelemahan itu memang dapat berubah dari waktu ke waktu. “Apa yang memuaskan saat ini dapat saja menjadi kelemahan di lain waktu,” ujarnya.
Oleh karena itu, berkembangnya masalah dan meningkatnya kemanjaan pengguna merupakan tantangan, sekaligus sebagai inspirasi dalam menciptakan instrumen versi baru. Hal itu diharapkan dapat memberikan kepuasan yang lebih sebagaimana yang diidamkan oleh pengguna. “Cara gethok-tular para pengguna dan calon pengguna bila mereka terpuaskan merupakan jalan emas menuju sukses dalam memasarkan produk yang diciptakan,” tambah suami Dwiri Handayani, ayah tiga anak ini.
Lebih lanjut Sunarno menyatakan manusia pada dasarnya memiliki kemanjaan yang terus berkembang. Instrumen yang memberi kepuasan saat ini belum tentu mampu memberi kepuasan pada waktu yang akan datang. Tingkat kepuasan yang diberikan bahkan seringkali harus diberi “dosis” lebih besar dari hari ke hari, terlebih bila pesaing telah memberi “dosis” lebih banyak. Dengan demikian, kepekaan terhadap kepuasan akan berkembang ke arah kemanjaan berlebihan, yang sering kali berakibat tipisnya keuntungan yang diterima oleh produsen.
“Sangat mungkin pada level perkembangan tertentu, suatu produksi menjadi jenuh dan tidak menguntungkan lagi. Produk-produk rumah tangga, seperti TV, kulkas, mesin cuci, dan sebagainya kebanyakan sudah tidak dapat memberikan keuntungan tinggi. Pemain baru dalam produk elektronika semacam ini sangat sulit mendapat keuntungan, kecuali bila melakukan inovasi-inovasi bersifat memanjakan konsumen,” kata alumnus Program S3 Elektronika Nuklir, Osaka University Jepang tahun 1995 ini. (Humas UGM).
sumber: www.ugm.ac.id