Prof. Ir. Adam Pamudji Rahardjo, M.Sc., Ph.D., IPM., dikukuhkan dalam jabatan guru besar bidang IlmuTeknik Sipil Hidroinformatika pada Fakultas Teknik UGM.
Dalam pengukuhan yang berlangsung Selasa (14/11) di Balai Senat UGM, ia menyampaikan pidato berjudul Peran Hidroinformatika Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi.
Adam mengatakan banjir bandang merupakan salah satu bencana hidrometerologi yang sering terjadi di Indonesia. Kejadian banjir bandang hampir melanda semua pulau besar di tanah air dengan beragam faktor penyebab seperti hujan dengan intensitas tinggi, siklon tropis, maupun keruntuhan dam. Banjir bandang memiliki daya rusak yang tinggi karena meluncur dengan cepat dan mendadak.
“Untuk mengurangi risiko kerugian oleh kerusakan pada fasilitas publik, bangunan milik individu, serta kehilangan nyawa ada beberapa upaya mitigasi yang bisa dilakukan yakni bersifat fisik dan non fisik,” jelas dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan ini.
Upaya fisik, lanjutnya, dapat dilakukan dengan membuat bangunan fasilitas tertentu. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kecepatan aliran banjir bandang dan menahan material sedimen yang merusak dari aliran banjir atau membelokkan aliran banjir bandang. Dengan langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi kerugian atau melindungi fasilitas yang terserang banjir seperti dengan pelindung tebing, pelindung pilar atau abutmen jembatan.
Sementara untuk upaya non-fisik bisa dilakukan dengan adaptasi terhadap fenomena banjir bandang yang dihadapi. Adaptasi tidak berupaya mengubah banjir namun dengan mengupayakan pemanfaatan lahan yang beradaptasi terhadap adanya banjir bandang dan kesiapsiagaan untuk menghindar jika banjir datang. Beberapa diantaranya adalah adaptasi tata ruang, pembuatan jalur evakuasi maupun tempat evakuasi dan pembangunan sistem peringatan dini banjir bandang.
Lebih lanjut ia menyampaikan peran hidroinformatika dalam upaya mitigasi fisik. Pada perancangan bangunan air untuk mengurangi risiko bencana akibat banjir bandang atau banjir lahar seperti penurunan kemiringan dengan deretan dam, diperlukan data spasial-temporal hujan dan banjirnya sendiri untuk menentukan ukuran-ukuran bangunan serta spesifikasinya sesuai standar perancangan yang berlaku. Keberadaan dan kualitas data serta analisis simulasi banjir rancangan akan meningkatkan keandalan dari suatu perencanaan prasarana fisik keairan.
Sementara upaya mitigasi non-fisik bencana banjir bandang diantaranya adalah kebijakan mitigasi bencana banjir bandang, tata-ruang, sosialisasi ancaman bencana, pelatihan kesiapsiagaan menghadapi banjir bandang, simulasi evakuasi, dan sistem peringatan dini banjir bandang.
Di akhir pidatonya Adam menyampaikan sejumlah rekomendasi dalam peningkatan peran hidroinformatika dalam pengurangan risiko bencana banjir bandang. Salah satunya adanya kebijakan yang mendukung upaya monitoring parameter hidrometeorologi. Parameter tersebut termasuk aliran sungai dalam rangka pelayanan masyarakat di level mikro terutama mereka yang rentan menjadi korban banjir bandang.
Sedangkan dalam jangka pendek dan menengah, investasi pengadaan, operasi dan perawatan peralatan monitoring diserahkan kepada badan yang berwenang di tingkat daerah dan menjaga keberlangsungan fungsinya. Diiringi peningkatan kapasitas daerah dalam melakukan analisis data, baik dalam rangka mitigasi fisik maupun non-fisik. Lalu, upaya identifikasi dan pemetaan masyarakat rentan bencana banjir bandang serta penyediaan informasi kesiapsiagaan bencana banjir kepada masyarakat rentan di tingkat daerah sampai tingkat desa.
“Pengembangan keilmuan dan teknologi berbasis data yang mendukung pengurangan risiko bencana banjir bandang perlu didorong,”imbuhnya.
Dalam jangka panjang pemerintah pusat dapat memfasilitasi pemantauan kondisi hidrometeorologi dengan teknologi radar hujan jangkauan pendek yang lebih akurat (X-Band) di seluruh pelosok daerah rentan. Hal tersebut perlu diikuti dengan sistem peringatan dini termasuk peningkatan kapasitas masyarakat.
“Sistem informasi pemantauan kondisi bangunan air peredam banjir seperti dam pengendali banjir, dam pengendali sedimen, dam konsolidasi, dinding penahan tebing sungai, abutmen dan pilar jembatan juga harus diadakan, dioperasikan dan dijaga keberlangsungan fungsinya,”pungkasnya. (Sumber: salin dari web UGM)