Pada tahun 1996, zat warna sistesis yaitu naftol dilarang oleh pemerintah karena merupakan bahan yang karsinogenik (menyebabkan kanker). Hal ini memberikan ide kepada salah satu dosen Teknik Kimia UGM, Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. atau Bu Edia, untuk memproduksi zat warna alami berwarna biru yang dapat menggantikan zat warna sintesis yang sering digunakan oleh masyarakat. Kegiatan Bu Edia ini adalah memproduksi zat warna alami dalam bentuk serbuk yang aman dari daun indigofera. Ide ini muncul pada tahun 2005, dimana Bu Edia memulai penelitian skala laboratorium bersama rekan-rekan dari Pertanian, Kimia, dan Balai Batik untuk memproduksi zat warna alami dari daun indigofera. Zat warna ini diberi nama Gama Blue ND (Gadjah Mada Blue Natural Dye). Pada tahun 2007, kegiatan ini sudah didanai oleh PHKB dan sudah ada joint product development dengan kabupaten Bantul untuk penanaman daun indigofera yang kemudian akan diolah oleh kelompok zat warna alami Bu Edia. Rekan-rekan dari Pertanian UGM berjasa dalam menanam daun indiigofera di kebun pertanian UGM, sedangkan rekan-rekan dari Kimia yang akan menguji kualitas dan kemurnian hasilnya.
Menurut Bu Edia, dalam kegiatan ini beliau tidak mendapat hambatan, karena segala kesulitan dipandang sebagai suatu proses menuju keberhasilan. Dalam sebuah kegiatan pastilah ada tantangan dan kegagalan, namun itu juga merupakan hasil untuk dikaji lebih dalam untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tantangannya kali ini adalah mencari teknologi untuk meningkatkan randemen yang dapat menghasilkan keuntungan lebih tinggi. Bu Edia memiliki cita-cita untuk mengerahkan para petani di kabupaten Bantul untuk menanam tanaman indigofera, yang nantinya akan dibeli dengan harga yang cukup tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan banyaknya lahan kritis di kabupaten Bantul, yaitu lahan yang kering dan tidak terurus. Menurut beliau, lahan ini sebaiknya dimanfaatkan untuk menanam sesuatu yang menguntungkan. Namun nyatanya, cita-cita beliau ini tidak mudah diwujudkan karena sangatlah sulit mengerahkan masyarakat untuk menanam tanaman indigofera secara kontinyu untuk kebutuhan pabrik.
Sekarang, Bu Edia sedang merintis zat warna alami food grade (zat warna alami untuk makanan). Kegiatan ini masih dalam skala penelitian. Beliau juga memiliki cita-cita untuk menggantikan essens, yaitu zat warna sintesis untuk makanan yang sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Mengapa zat warna? “Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, kaya akan raw material”, ujar Bu Edia. Bu Edia melihat bahwa sumber daya alam yang dimiliki Indonesia ini dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang sangat berguna, bahkan di skala internasional. Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak ada tandingannya dengan negara manapun, dan kekayaan itu dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna dengan sentuhan teknologi. Jika Amerika terkenal dengan NASA dan MIT terkenal dengan nanoteknologinya, beliau ingin Indonesia terkenal dengan zat warna alaminya. “Untuk menjadi internasional, kita tidak perlu menjadi mereka, tetapi kita perlu menjadi seimbang dengan mereka dengan menjadi diri kita sendiri”, ujar beliau lagi, “Yang penting adalah kita dapat memberikan kontribusi dan menjadi bagian dari solusi, meskipun kecil.”
sumber: chemeng.ugm.ac.id