Masalah karies di Indonesia, yang angka penelitian tidak pernah beranjak turun di bawah 70%, terjad karena kurangnya perhatian dari pemerintah, masyarakat, serta diri sendiri, dan sebab tidak adanya keberlanjutan program peningkatan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.
Sebagai bentuk kepedulian dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, mengembangkan ChiThos (Children’s Teeth Health Socialization) yang merupakan aksi inovatif dalam rangka menumbuhkan anak cinta gigi sehat. Sebab gigi yang sehat dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sebab anak merupakan momen pertumbuhan paling penting dimana seluruh nutrisi bai tubuhnya sebagian besar masuk melalui rongga mulut. Terlebih masalah karies (gigi berlubang) pada anak masih cenderung tinggi dan sedikit penanganan.
Chithos diketuai oleh Rika Ayu Putri V. (FKG 2012) dan dibantu oleh keempat anggotanya, Dahlia Astri A. (FKG 2011), Meia Audinah (FKG 2011), Alya Nur Fadhilah (2013), dan Fida Khansa (Teknik 2011). Program ini juga tidak terlepas dari bimbingan dosen FKG UGM, drg. Indra Bramanti, Sp. KGA, M. Sc.
Program Chithos dilaksanakan di kedua sekolah di Sleman, yakni PAUD IT Salman Al-Farisi 3 dan SDIT Salman Al-Farisi 1 Yogyakarta selama lima bulan dimulai sejak bulan Februari. Dua sekolah tersebut menjadi sasaran karena program penjagaan kesehatan gigi dan mulut di sekolah tersebut belum berjalan optimal dan dibuktikan dengan tingkat karies siswa yang masih tinggi berdasarkan hasil screening. Terlebih mengarah pada Undang-Undang No 36 Tahun 2009, disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kondisi sehat. Sehingga tergeraklah hati mahasiswa FKG untuk turut menumbuhkan kesadaran menjaga kesehatan gigi siswa sekolah tersebut.
Chithos memiliki kontribusi untuk meningkatkan kesehatan gigi pada anak. Langkah awal berupa habit (kebiasaan), dimana kebiasaan sejak kecil akan selalu dibawa hingga dewasa. Misalnya media checklist gosok gigi dari Chithos, yang bisa memotivasi anak untuk enyikat gigi dua kali sehari. Rangkaian program penyuluhan dapat memberi manfaat ilmu tentang kesehatan gigi dan mulut yang umumnya tidak dianggap penting oleh masyarakat Indonesia. Padahal dalam jangka panjang, kesehatan gigi dan mulut yang terganggu dapat pula menyebabkan penyakit di organ dalam, disebabkan karena penyebaran bakteri dari rongga mulut ke organ lain. Sehingga pembiasaan untuk memperhatikan kesehatan gigi dan mulut penting bagi masyarakat, khususnya anak-anak.
Rangkaian program Chithos diantaranya:
1. Screening (pemeriksaan) terhadap karies anak.
Karies menjadi masalah terbesar bagi kesehatan gigi, terutama pada anak-anak. Ada banyak riset yang menunjukkan bahwa di Indonesia tingkat karies mencapai lebih dari 70% dan tidak pernah kurang dari itu. Screening dilakukan oleh mahasiswa profesi FKG UGM, sebagai indikator bahwa siswa di sekolah tersebut berhak mendapatkan penyuluhan dari Chithos. Karena tingginya tingkat karies pada siswa di sekolah tersebut, mengindikasikan kurangnya penjagaan kesehatan gigi dan mulut.
Screening ini disertai dengan surat rujukan ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UGM supaya lebih memudahkan orang tua murid dalam memeriksakan kesehatan gigi dan mulut anaknya.
2. Penyuluhan
Materi penyuluhan pengantar dibawakan oleh anggota Chithos sendiri, mengenai materi daar dan pengetahuan tentang gigi. Misalkan struktur gigi, bagian-bagian gigi, penyakit gigi dan mulut, makanan yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi, dan lain sebagainya. Penyuluhan dilakukan dengan banyak media, misalkan poster Chithos, dongeng wayang Kegilut (Kesehatan Gigi dan Mulut), checklist sikat gigi setiap hari, dan lainnya.
3. Sikat Gigi Bersama
Bertujuan untuk meningkatkan semangat siswa dalam menggosok gigi. Diajarkan secara langsung pula cara menggosok gigi dengan benar.
4. Pelatihan Kader
Pengabdian masyarakat pada umumnya bertujuan untuk memberdayakan semua hal yang pernah diajarkan. Sehingga ketika masa kerja Chithos sudah berakhir, ilmu dan program Chithos tetap dapat dilanjutkan oleh para kader.
Kader dipilih 13 orang, yakni 8 siswa SDIT Salman Al-Farisi kelas 3 dan 5, 2 guru SDIT Salman Al-Farisi, dan 3 guru PAUD IT Salman Al-Farisi. Kader-kader tersebut wjib mengikuti rangkaian acara pengkaderan dari teora hingga praktek langsung. Materi pengkaderan dibawakan oleh anggota Chithos dan perwakilan dari Puskesmas Mlati 1 Yogyakarta yang bekerjasama dengan Chithos.
Materi pengkaderan berupa pengetahuan dasar gigi dan mulut, penyakit gigi dan mulut, penanganan pertama terhadap penyakit, praktek menyikat gigi dengan benar, penggunaan dental floss (benang gigi),hingga disclosing solution (untuk mendeteksi karies). Pelatihan kader dilakukan satu minggu sekali selama tiga kali. Para kader juga dibekali modul materi yang disusun berdasarkan UKGS.
5. Pelantikan kader
Setelah melalui beberapa tahap pelatihan, diadakan pelantikan kader dengan pemakaian jas putih bagi dokter gigi kecil dan kader guru, penyematan pin Chithos, dan pemberian sertifikat penghargaan. Status sebagai kader kesehatan yang ditunjuk Chithos memiliki tanggungjawab dalam penjagaan kesehatan mulut dan gigi di ruang lingkup paling sederhana yakni kedua sekolah tersebut.
Mereka memiliki tugas membuat program kreatif untuk melanjutkan pengabdian Chithos. Dengan adanya program tersebut, dapat menjadikan sekolah didikan Chithos yani SDIT Salman Al-Farisi dan PAUD IT Salman Al-Farisis sebagai salah satu sekolah yang mandiri dan percontohan bagi sekolah lain.
Kader Dokter Gigi Kecil ini merupakan dokter gigi kecil pertama (pioneer) di kota Yogyakarta yang dibentuk oleh Chithos.
6. Pelaksanaan program kader
Merupakan tahap terakhir pelaksaan program yang direncanakan oleh kader. Pelaksanaan program tersebut akan diawasi langsung oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas Mlati 1 Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan Chithos.
“Ini pertama kali sekolah saya kedatangan kakak Chithos FKG, saya senang karena menambah ilmu tentang kesehatan gigi. Awalnya saya diajarkan cara menggosok gigi yang benar, tentang lapisan gigi, penyebab gigi berlubang. Sikat gigi minimal dua kali sehari, dan mengganti sikat minimal dua bulan sekali, dan enam bulan sekali pergi ke dokter memeriksa gigi,” ujar Najla siswa kelas 5, yang pernah mengikuti program penyuluhan kesehatan gigi oleh Chithos.
Rangkaian program Chithos berupaya menjadikan kedua sekolah sasaran tersebut sebagai sekolah yang mandiri dan percontohan dalam menjaga kesehatan gigi, maka program akan terus berlanjut oleh pihak sekolah.
“Kebetulan di sekolah belum ada program kesehatan gigi, jadi ini merupakan ikon yang kami tunggu. Kami akan membuat program lanjutan Chithos, berupa program kesehatan harian gigi. Setiap kelas mendapat jadwal gosok gigi, sehingga dalam satu hari ada satu kelas gosok gigi bersama setelah jam makan siang. Lalu program awal berupa screening gigi satu tahun dua kali,” lanjut Kamilatun Jamila, sebagai kader guru kesehatan yang mengungkapkan rencana program lanjutan.
Membina kerjasama dengan Puskesmas Mlati 1 Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Yogyakarta, dapat sebagai pengawas pelaksaan program sekolah.
“ Program ini sangat bagus, soalnya sampai sekarang belum ada dokter gigi kecil di Sleman. Sebelumnya hanya pengkaderan tentang dokter kecil, yang hanya mencakup kesehatan umum,” jelas bu Herlina, selaku perawat gigi di Puskesmas Mlati 1.
Para kader yang telah dilantik tersebut diharapkan mampu meneruskan pengabdian Chithos untuk turut membentuk anak cinta gigi sehat. Dan mereka memiliki kewajiban melaksanakan program yang akan diawasi dan dibina langsung oleh Puskesmas Mlati 1 dan Dinas Kesehatan Yogyakarta.
(Tulisan kiriman dari : Rika Ayu Putri)