TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menunjukkan keseriusannya dalam pengolahan limbah plastik di Indonesia. Salah satu bentuk keseriusannya adalah kementeriannya siap membeli seribu alat pencacah limbah plastik, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal hingga 20 persen, besutan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM).
“Tujuannya, untuk mengurangi sampah plastik karena pantai kita paling kotor kedua di dunia. Pemanfaatan sampah plastik adalah dengan mengolahnya, salah satunya sebagai bahan campuran aspal,” ujar Basuki, seperti dikutip dari siaran pers Kementerian PUPR, Kamis, 22 Februari 2018.
Ia menjelaskan, alat pencacah plastik tersebut merupakan hasil inovasi mahasiswa FT UGM, yang bekerja sama dengan badan usaha milik negara PT Barata Indonesia. Mesin tersebut saat ini masih berbentuk purwarupa, tapi akan diproduksi secara massal dalam waktu dekat.
Basuki mengklaim penelitian pemanfaatan limbah plastik sudah dilakukan sejak 2008 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan PUPR. Kemudian atas inisiatif Kementerian Koordinator Kemaritiman, penelitian ini terus dikembangkan dan diintensifkan sejak awal 2017. Penggunaan aspal campuran limbah plastik telah diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional di Jakarta, Makassar, Bekasi, Denpasar, dan jalan tol Tangerang-Merak.
Berdasarkan hasil uji laboratorium 2017 oleh Pusat Litbang Jalan Balitbang Kementerian PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan limbah plastik lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah dibandingkan dengan campuran beraspal panas biasa.
Selain bermanfaat untuk aspal, pengolahan sampah plastik berguna mengurangi volume limbah tersebut di Indonesia. Terlebih, Kementerian juga berencana melibatkan masyarakat dalam pengolahan limbah plastik dengan mendistribusikan alat pencacah plastik buatan PT Barata Indonesia tersebut.
“Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang ada di daerah siap membeli hasil plastik cacahnya dengan harga sekitar Rp 4.000 per kilogram. Jumlahnya tergantung kemampuan produksi karena pada prinsipnya kita perlu banyak,” ujar Basuki. “Plastik yang akan dibeli itu yang sudah dicacah menjadi ukuran 4 milimeter.”
Ia juga menjelaskan, penggunaan limbah plastik sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan, bahkan justru bisa menambah kerekatan jalan. Saat dihampar sebagai aspal panas, suhunya ketika diukur sekitar 150-180 derajat Celsius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah, yaitu 250-280 derajat Celsius atau suhu saat plastik mengeluarkan racun.
(Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1063304/olah-limbah-plastik-pupr-beli-seribu-mesin-pencacah-besutan-ugm)