Tim Tari Tradisional Aceh Bungong UGM menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam International Ethnic Folklore Festival 2017 di New Delhi, India. Pada misi diplomasi budaya ini, berangkat 13 orang mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada dengan dibersamai oleh seorang pelatih sekaligus pemusik.
Awal perjalanan mereka ditandai dengan terselenggaranya acara Gelar Pamit bekerja sama dengan HMT PWK UGM pada tanggal 7 Oktober 2017 di Ruang K1 Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan. Acara tersebut merupakan pelepasan secara simbolis Tim Tari Tradisional Aceh Bungong UGM, yang mengawali perjalanan tim pada tanggal 9-19 Oktober 2017.
Sebelum penampilan di International Ethnic Folklore Festival 2017, Tim Bungong UGM berkesempatan untuk dapat berkunjung ke Chandigarh University, Chandigarh. Dalam kunjungan singkat selama 2 hari tersebut, Tim Bungong UGM mengadakan workshop untuk memperkenalkan tarian dan kebudayaan Indonesia pada mahasiswa di universitas tersebut, serta menampilkan tarian Ratoeh Pukat dalam acara puncak Abhivyakti 3rd National Literacy Fest.
Pada tanggal 12 Oktober 2017, barulah acara International Ethnic Folklore Festival 2017 dimulai dengan diadakannya Roadshow oleh para partisipan di India Gate, New Delhi. Tidak hanya Indonesia, terdapat perwakilan dari negara-negara lain seperti Polandia, Filipina, Polynesia, Meksiko, Tunisia, Iran, serta India. Opening Ceremony festival ini diselenggarakan di Sirifort Auditorium, New Delhi pada tanggal 13 Oktober 2017 dengan dihadiri ratusan penonton termasuk perwakilan diplomat negara-negara lain. Penampilan selanjutnya dilaksanakan pada 14-15 Oktober 2017 di NCUI Auditorium, New Delhi. Pada tiga kali kesempatan tersebut, Tim Bungong UGM membawakan tarian Ratoeh Jaroe, Ratoeh Pukat dan Likok Pulo.
Secara keseluruhan, misi diplomasi budaya Tim Bungong UGM untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia dan membawa pesan perdamaian ke masyarakat internasional disambut dengan baik. Melalui workshop yang diadakan oleh pihak penyelenggara festival, secara bergiliran para peserta berkesempatan untuk belajar dan mengajarkan gerakan tari yang mereka bawakan di panggung. Hal ini, serta kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain menjadi pengayaan diri yang berharga bagi para peserta untuk dapat saling memahami dan menyikapi perbedaan bahasa dan budaya.
Di akhir perjalanan, Tim Bungong UGM dijamu oleh Duta Besar Indonesia untuk India, Bapak Arto Suryodipuro, beserta Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi, Prof. Dr. Iwan Pranoto. Dalam pertemuan singkat tersebut ada pesan yang dititipkan bagi para mahasiswa, yakni untuk tidak takut meneruskan studi lanjut di India ataupun di negara-negara berkembang lainnya. Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, kesempatan studi lanjut di negara berkembang merupakan sebuah kesempatan yang baik untuk belajar bersama-sama menghadapi tantangan. Karena pada dasarnya, ada banyak kemiripan permasalahan yang dihadapi India dan Indonesia. Jangan terlalu terpaku pada stigma negatif yang terlekat pada suatu negara, tapi lihatlah dulu lebih dekat dan pelajarilah apa yang mampu dipelajari dari negara tersebut.
Pendek kata, beragam halangan yang dilalui, perjalanan yang ditempuh serta kesempatan yang didapat pada akhirnya menjadi sebuah pengalaman yang begitu berharga bagi tim Bungong UGM dan harapannya dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi UGM dan Indonesia. Ucapan terimakasih tidak lupa disampaikan kepada KBRI New Delhi dan Chandigarh University, serta berbagai pihak yang telah membantu dari proses keberangkatan, perjalanan hingga kepulangan tim.
(Fadhila Nur Latifah Sani)