Jumat, (22/3), merupakan puncak Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) 73. Pada puncak acara ini, Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto menyampaikan pidato dies.
Airlangga, yang juga merupakan alumni FT UGM, menyampaikan pidato berjudul “Membangun Kedaulatan Teknologi di Era Disrupsi”.
“Sejak 2011 kita telah memasuki revolusi industri generasi keempat, yang secara luas dikenal dengan Industry 4.0,” demikian Airlangga memulai pidatonya. Konektivitas menjadi tulang punggung infrastruktur dalam setiap tahapan revolusi, mulai dari kereta api sampai dijital infrastruktur seperti Palapa Ring. Airlangga menggaris bawahi bahwa Palapa Ring memberikan penguatan hubungan dijital khususnya 4G 100% di Indonesia Barat, dan 90% di Indonesia Timur.
“Penguasaan teknologi menjadi kunci utama penentu daya saing di era Industry 4.0,” tegasnya. Industry 4.0, menurut Airlangga bisa berjalan harmoni dengan industri 1.0, 2.0, dan 3.0. Harmoni ini bisa dilihat di Jogja dengan kawasan batik, kerajinan perak, industri makanan ringan bakpia dan gudeg. Selain itu juga industri susu, hingga penerapan 4.0 di PT YPTI. Jogja merupakan miniatur dari harmoni ini.
Airlangga melanjutkan dengan paparan roadmap Industry 4.0 Indonesia yang diberi nama Making Indonesia 4.0. Potensi yang besar dalam menyongsong era 4.0 dengan adanya bonus demografi, dengan harapan bisa membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi di 2030.
Dalam menetapkan target, digunakan strategi pick the winner, dengan tujuan agar dapat memberikan contoh yang dapat diikuti oleh sektor lain. Sektor yang dijadikan tulang punggung dan prioritas adalah sektor yang daya ungkit terhadap capaian aspirasi cukup besar.
Lima sektor usaha ditentukan untuk dijadikan prioritas: makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia-biokimia. Lima sektor merupakan sektor yang dipercaya, apabila dilakukan implementasi industri 4.0 dengan benar, diharapkan akan membawa capaian aspirasi yang telah ditetapkan dan ekonomi Indonesia akan leap frog ke arah ekonomi yang lebih kuat.
Kementrian Perindustrian mengajak kalangan industri untuk mengambil peran aktif dalam melaksanakan roadmap implementasi industri 4.0, sebagai percontohan lihgthouses untuk masing-masing industri prioritas yang telah dipilih.
Pembangunan SDM berkualitas merupakan fokus pembangunan nasional saat ini, sehingga perlu dilakukan berbagai pendidikan dan pelatihan vokasi secara masif. Hal ini dijalankan melalui pendidikan vokasi berbasis kompetensi sistem ganda atau dual sistem, pembangunan politeknik industri atau akademi komunias di kawasan industri, serta program pendidikan vokasi industri dalam rangka membangun link and match SMK dengan industri.
Sejak digulirkan pada 2017, program ini telah mampu menggandeng 2.074 SMK dan 745 perusahaan, dan melibatkan 441.800 siswa.
“Saya mengajak seluruh civitas akademika UGM untuk memaknai anugerah bonus demografi sampai 2030, agar SDM Indonesia menjadi “power house” dalam mengisi kebangkitan Indonesia,” pungkasnya. (Humas FT: Purwoko/Foto: Eko H) [download id=”13139″]