Duta negara Indonesia dari kalangan mahasiswa kembali berangkat ke India pada September awal lalu. Sabila Nurul Haqi, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada (UGM), menjadi salah satu perwakilan bersama dengan 23 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Melalui program The ASEAN-India Students Exchange Program, ia dan rekan mahasiswa lain berkesempatan menjadi delegasi bersama dengan mahasiswa Malaysia, Kambodia, dan Laos. Program ini merupakan kerjasama antara Kementrian Pemuda dan Olahraga Indonesia dengan Confederation Of Indian Industry and The Prime Minister of India.
Dengan tema Building Youth Partnerships Through Entrepreneurship, setiap delegasi berkesempatan untuk melakukan studi industri serta dialog politik kekedutaan selama sepuluh hari. Kunjungan dilakukan di beberapa perusahaan skala dunia di berbagai bidang, seperti IT dan manufaktur dan konsultan. Perusahaan tersebut seperti INFOSYS, BOSCH, TVS, Tata Service Company, Prasad Group, Harsha Engineering dan Maruti Suzuki.
Sabila mengatakan, India telah dikenal luas sebagai negara super power masa depan dalam perekonomian dunia. Tanda-tanda pertumbuhan industri India yang berdampak langsung terhadap Indonesia sudah terlihat pada 2007 ketika Tata Power, salah satu perusahaan dari Kelompok Tata India, telah mengakuisisi sebagian dari pertambangan batu bara milik Bumi Resources (Kelompok Bakrie). Beberapa tahun setelahnya pun Tata Power melakukan penawaran akuisisi terhadap perusahaan Krakatau Steel.
Selama ini industri India memainkan berbagai peran, sebagai konsumen, suppliers, pesaing, pembaharu (innovator) dan penyedia sumber daya manusia yang handal. Hal tersebut terlihat pada pertumbuhan ekonomi serta gencarnya pembangunan korporasi mereka ditopang oleh kemajuan yang mendasar di bidang teknologi dan sumber daya manusia.
Bahkan ekonom besar seperti Paul Samuelson memberikan pernyataan untuk memikirkan kembali perdagangan bebas dan comparative advantage terhadap negara tersebut mengingat India dan Cina mendorong munculnya kegelisahan dan perdebatan mengenai persaingan global Amerika dan negara–negara maju (G8) di masa depan.
Selain kunjungan industri, delegasi ASEAN juga berkesempatan mengunjungi dan berdialog dengan mahasiswa di beberapa kampus, seperti Indian Institute of Technology (IIT), Pandit Deendayal Petroleum University (PDPU) dan Indian Institute of Management (IIM).
Selama kegiatan delegasi selalu disambut hangat dan terhormat, termasuk ketika kedatangan di Foreign Service Institute, Election Commissioner’s Office, CAG of India Office dan kantor kedutaan besar Republik Indonesia. “Kedekatan dengan delegasi negara ASEAN yang hadir sekaligus memberikan pembelajaran bahwa banyak orang cerdas di belahan bumi lain yang ingin meningkatkan martabat bangsanya,” kata wanita kelahiran 1993 ini.
Ia menceritkan tentang pemahaman yang didapat dari perekonomian industri India. Negeri anak benua ini berkembang karena ketekunan, profesionalitas, cinta pada budaya serta penghambaan terhadap tuhan. “Ini menjadi kesempatan yang membahagiakaan saat belajar dengan melihat lagsung industri skala dunia dibanding hanya sekadar duduk di kelas,” tuturnya.
(Maulia)