Di tahun 2015, Indonesia dihadapkan dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang mewujudkan arus bebas jasa untuk 4 prioritasa integrasi, yaitu e-ASEAN, pariwisata, angkatan udara, dan kesehatan. Sayangnya, walaupun kesehatan menjadi salah satu prioritas dalam perwujudan MEA, sebanyak 90% alat kesehatan di Indonesia masih merupakan produk impor. Tentu saja hal tersebut dapat berdampak buruk karena apabila industri alat kesehatan tidak mampu bersaing, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi pelaku kesehatan di ASEAN.
Salah satu penyakit yang sering kali membutuhkan alat kehatan dengan alokasi dana besar adalah stroke. Terlebih lagi, penderita penyakit stroke selalu meningkat setiap tahunnya sehingga alat rehabilitasi pasca stroke yang memadai pun kian hari kian dibutuhkan. Pada dasarnya, terdapat dua jenis proses rehabilitasi pasca stroke, yaitu rehabilitasi aktif dan pasif. Namun, pada tahap awal terapi rehabilitasi pasif lah yang sering kali menjadi rujukan karena dapat mengurangi bengkak, mengangkat rasa sakit, dan mengembalikan derajat pergerakan sendi yang sebelumnya lumpuh atau kaku.
Rehabilitasi pasif untuk pasien pasca stroke dilakukan dengan menggerakkan tungkai dengan otot tetap pasif dan sering kali dibantu dengan mesin pendukung bernama mesin Contnuous assive Motion (CPM). Sayangnya, mesin CPM yang ada saat ini besar, tidak portabel, rumituntuk dipersiapkan, mahal, dan membutuhkan perlindungan yang permanen atau semi permanen, serta tidak memiliki aplikasi rekam medis dan reminder yang terintegrasi di dalamnya.
Kondisi tersebut yang mendorong lima mahasiswa UGM untuk mengembangkan mesin CPM orisinal dari Indonesia dengan berbagai keunggulan dibandingkan dengan mesin CPM yang ada. Kelima mahasiswa tersebut adalah Yulisyah Putri Daulay (Teknik Industri), Ragil Sulistiyo (Teknik Mesin), Muhammad Nabil Satria Faradis (Teknik Mesin), Hamzah Muhammad Hafiq (Kedokteran Umum), dan Rizka Islami Ratnasari (Teknik Industri). Kelima mahasiswa tersebut mengembangkan I-REBOT, Indonesia Rehabilitation Robot for Foot, suatu Inovasi Continuous Passive Motion Machine untuk pasien pasca stroke dilengkapi aplikasi medical reminder.
“Kami ingin mengembangkan mesin ini sebagai alat medis untuk membantu Indonesia dalam menghadapi MEA agar tidak terus menerus hanya mengimpor alat kesehatan dari luar negeri. Selain menjadi produk asli Indonesia, I-REBOT juga akan menjadi pengganti mesin CPM dengan keunggulan-keunggulannya dibanding mesin CPM yang telah ada yaitu lebih ringan, praktis, ergonomis, murah, portabel, dan didukung oleh aplikasi medical reminder terintegrasi yang terdiri dari rekam medis dan reminder,” Kata Putri selaku ketua tim.
Dengan aplikasi medical reminder terintegrasi, dokter akan dengan mudah memantau perkembangan dan keaktifan pasien dari jarak jauh, serta dengan fitur reminder akan dengan mudah mengatur dan mengingatkan jadwal terapi dengan bantuan alarm. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini karena inovasi yang dilakukan tidak hanya sangat berguna dan membantu sektor kesehatan Indonesia, tetapi juga sektor ekonomi. Saya juga berharap program ini bisa memacu kesadaran mahasiswa akan permasalahan yang ada disekitarnya dan mencari sebuah ide kreatif sebagai jalan keluarnya,” kata Herianto sebagai Dosen Pembimbing.
Saat ini, proyek ini sedang berjalan dengan dana DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Ke depannya, proyek ini tidak hanya berhenti sampai pada pembuatan alat saja, tim I-REBOT juga akan terus melakukan perbaikan berlanjut terkait pemanfaatan alat sehingga dapat terus dimanfaatkan oleh pelaku kesehatan dan ke depannya proyek ini akan diusahakan agar mendapatkan paten dari HKI.
(Berita Kiriman dari : Rizka Islami Ratnasari, mahasiswi Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada)