Dalam rangka berpartisipasi pada salah satu misi SDG’s yaitu No Hunger, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada yang beranggotakan Afif Fachrudin (Teknik Fisika), Agiel Hadid Ridlo (Teknik Fisika), Muhammad Rifqi Amrullah (Teknik Fisika), Rania Putri Chaela (Teknik Fisika) dan Salman Rahwidean Janotama (Teknik Elektro) beserta dosen pembimbing Ahmad Agus Setiawan, S.T, M.Sc, Ph.D mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan untuk melindungi sawah dari hama tikus.
Melihat permasalahan petani terutama di Kabupaten Lamongan dimana hama tikus merusak 608,95 hektare sawah di 19 kecamatan, para petani terpaksa memanfaatkan listrik dari generator untuk melindugi sawah. Namun, hal tersebut sangat berbahaya untuk keselamatan dan biaya bahar bakar yang bernilai cukup mahal. Dosen pembimbing yang juga Kepala Laboratorium Energi Terbarukan mendorong untuk melakukan inovasi dan aplikasi Teknologi Energi Terbarukan untuk masyarakat dan kemanusiaan. Dari sinilah lahir ide pengembangan No Hama yang merupakan Alat Pembasmi
Hama Tikus Berbasis Panel Surya.
Inovasi ini diikutsertakan kembali di ajang Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019 untuk memperkenalkan inovasi ini kepada dunia. SIIF 2019 yang menyuguhkan 635 karya dari 30 negara digelar di COEX Exhibition Hall, Seoul, Korea Selatan mulai Rabu (27/11) hingga 30 November 2019. 635 karya berasal dari berbagai kalangan mulai Universitas, Start Up maupun company.
Pada hari pertama setelah pemasangan booth selesai, proses penjurian dimulai. Penjurian dari pukul 10.00 sampai 17.00 oleh juri yang berasal dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang keilmuan. Pada hari kedua dan ketiga, exhibition didatangi oleh masyarakat umum. Terdapat banyak sekali ulasan baik pujian maupun masukkan terhadap inovasi No Hama. Bagaimana pengaplikasian secara global menjadi sorotan utama. Tidak lupa juga, kami saling berinteraksi dengan peserta lain. Tentunya untuk menambah pengetahuan dan relasi.Banyak ilmu yang kami dapatkan, bahwa Indonesia masih perlu meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Banyak bertemu dengan warga Indonesia yang hidup di Korea memberikan pandangan mengenai teknologi dunia.
Pada awarding ceremony, inovasi kami mendapatkan Seoul International Invention Fair (SIIF) Bronze Medal dan Special Award dari National Research Council of Thailand sebagai Best Inovation and Invention. Suatu kebanggaan tersendiri buat kami berhasil mendapatkannya dan menjadi penyemangat lebih buat kami untuk mengembangkan inovasi dan memperkenalkan inovasi kami ke dunia di waktu mendatang. Agar kelak benar-benar layak diterapkan dan menjadi solusi masalah gagal panen di Indonesia. (Dr. Ahmad Agus Setiawan)