Dua mahasiswa Teknik Geologi UGM, Fauzy Habibie Akhyar dan Aya Shika V. Bangun berhasil mengukir prestasi di kompetisi debat energi tingkat nasional, dalam kegiatan Trapspot 2017 yang diadakan pada tanggal 22 Oktober 2017 di Universitas Padjajaran Training Centre, Bandung. Kedua mahasiswa yang telah berpasangan dalam tim UGM A sejak tahun 2016 berhasil menyabet titel Grand Champion di antara para perwakilan peserta dari seluruh Indonesia.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologist-Universitas Padjajaran Student Chapter ini, UGM berhasil mengamankan 2 diantara 8 spot yang tersedia, setelah melalui essay-selection phase. Pada fase awal, semua tim diminta untuk mengirimkan sebuah essay terkait peran konkret geosaintis dalam mengatasi problema energi nusantara. Adapun delapan tim yang lolos ke Bandung adalah UGM A, UGM B, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) A & B, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Tim UGM A sendiri diwakili oleh Fauzy Habibie Akhyar (Teknik Geologi’14) & Aya Shika V. Bangun (Teknik Geologi’15), sedang tim UGM B diwakili oleh Handika Lazuardi & Jesslyn Jane (Teknik Geologi’16).
Kompetisi debat berlangsung dengan menggunakan British Parliamentary System, dimana pada setiap ronde akan terdapat empat kubu, yang tersusun atas Opening Government (OG), Opening Opposition (OO), Closing Government (CG), serta Closing Opposition (CO). Pada preliminary round, setiap tim akan mendapat kesempatan bertanding sebanyak dua kali, yang kemudian akumulasi victory point dan speaker point akan menjadi pertimbangan utama untuk mengamankan 4 posisi di babak final. Besarnya victory point secara urut adalah 3 point untuk tim terungul pada ronde tersebut, 2 point untuk tim yang menempati posisi kedua, satu point untuk tim yang menempati posisi ke-tiga, dan zero-point untuk tim yang menempati posisi ke-empat.
Preliminary round pertama mempertemukan antara Tim Unpad (OG), ITB (OO), UGM A (CG) dan UPN A (OO) pada ruang B. Pada ruang B, Fauzy dan Aya dari Tim UGM A berhasil mengembangkan argumen, sekaligus menyapu bersih semua argumen lawan, sehingga mengakhiri babak pertama dengan merajai klasemen setelah memborong tiga victory point & mengungguli speaker score. Posisi kedua disusul oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), dilanjutkan oleh Universitas Padjajaran (Unpad), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) B. Sedang, ruang A mempertemukan tim UGM B (CO), Trisakti (OO), UPN A (CG), dan swing team (OG) yang menggantikan tim ITS yang berhalangan hadir karena adanya jadwal UTS. Tim UGM B harus puas dengan victory point sebesar 1, setelah harus mengakui keunggulan Trisakti yang meraih posisi tertinggi pada ruangan tersebut, dan disusul oleh swing team. Mosi yang diperdebatkan pada tahap ini adalah ”This House Believe That Indonesian Government Should Prioritise Funding to Find New Energy Instead of Optimising Current Energy Sources (Including, but not limited to oil, mineral, gas).
Selanjutnya, pada fase ke-dua dari preliminary round, dewan juri mengangkat tema “As Indonesian Government, This House Would Privatize Pertamina”. Babak ini mempertemukan Tim UGM A sebagai tim unggulan dari ruangan B dengan Trisakti, diikuti dengan ITB dan swing team. Tim UGM A yang mendapat peran sebagai Opening Government kembali berhasil menciptakan clean record setelah berhasil membawakan mekanisme yang paling solutif, serta argumen yang gagal ditepis oleh lawan-lawan yang ada, sehingga membuahkan kemenangan pada babak tersebut. Alhasil, UGM A kembali mengumpulkan 3 point, dan menjadi satu-satunya tim yang memiliki rekor bersih dari kekalahan. Kemenangan serupa juga ditorehkan oleh Tim UGM B, yang pada babak ini berperan sebagai Opening Opposition, dan sukses setelah berhasil mengungguli Unpad, UPN B, dan UPN A, sehingga mengantongi 3 point. Sehingga, berdasarkan akumulasi, tim UGM A menduduki posisi pertama pada klasemen, dengan total 6 victory point melesat ke babak final. Posisi kedua diikuti oleh Universitas Trisakti dengan 5 victory point, diikuti oleh tim UGM B dengan 4 victory point, dan disusul oleh UPN A yang berhasil mengumpulkan 3 victory point.
Memasuki babak final, keempat tim yang memiliki peran sebagai UGM A (CG), UGM B (CO), UPN A (OG), dan Trisakti (OO), bertanding diseluruh hadapan peserta & juri kompetisi debat & poster, beserta seluruh panitia di auditorium utama. Mosi pada babak ini bersifat impromptu, sehingga baru diumumkan menjelang babak final dimulai dan semua tim diberikan 30 menit untuk melakukan case-building. Dewan juri mengangkat mosi “As Indonesian Government, This House Would Ban Fossil Fuel Cars” sebagai topik perdebatan pada babak pamungkas tersebut. Pertandingan berjalan begitu sengit, dikarenakan adanya ‘jual-beli’ argumen yang berjalan begitu seru hingga akhir pertandingan.
Aya & Fauzy yang tergabung dalam dalam tim UGM A kembali berhasil mengembangkan argumen, menawarkan sebuah mekanisme solutif, sekaligus menepis seluruh argumen yang dibawakan oleh kompetitor yang hadir. Hal ini berbuah manis bagi tim UGM A, sehingga tim tersebut kembali unggul dalam babak ini, dan keluar sebagai Grand Champion pada kompetisi English Energy Debate Competition – Trapspot 2017. Di sisi lain, Tim UGM B yang belum lama terbentuk harus kembali mengakui keunggulan Trisakti, setelah berhasil mengamankan posisi runner-up pada kompetisi tersebut, sehingga harus puas berada pada posisi ke-3. Namun, pencapaian lain yang berhasil diraih adalah titel best speaker yang diraih oleh Aya Shika V. Bangun, dari tim UGM A.
“Puji syukur kehadirat Allah SWT, tahun ini kami bisa membawa titel Grand Champion untuk kampus biru. Kami sangat bahagia karena saya dan Aya berhasil mencatat clean record pada tahun ini, setelah pada kompetisi tahun sebelumnya kami harus puas terhenti pada babak semi-final. Saya sebagai yang paling senior dari delegasi debat energi UGM pada kompetisi ini juga merasa bangga dengan perkembangan adik-adik saya, karena tahun ini Aya berhasil meraih titel best speaker, dan Handika & Jesslyn dari tim UGM B yang belum lama dipasangkan secara unexpected bisa lolos ke final. Semoga momentum kaderisasi debater dari Teknik Geologi bisa dilanjutkan oleh Aya yang masih punya banyak kesempatan, karena saya yakin bibit-bibit UGM tidak kalah dibanding dengan kampus lain”, ujar Fauzy Habibie Akhyar, yang pada tahun sebelumnya merupakan peraih titel National Best Speaker.
Aya Shika V. Bangun, yang tahun ini berhasil memborong dua titel sekaligus turut menambahkan bahwa ini adalah suatu pencapaian diluar dugaan. Hal tersebut disampaikan oleh peraih titel best speaker mengingat dirinya, pada saat ini juga sedang menjalankan salah satu fase terbesar di dunia perkuliahan Teknik Geologi, yakni Kuliah Lapangan. Dengan banyaknya hal yang perlu dipersiapkan, meliputi poster pemetaan yang dalam waktu dekat akan di-display, draft laporan pemetaan yang perlu dipersiapkan, serta presentasi di depan dosen pembimbing terkait hasil pemetaan, Aya pun harus tetap membawa beban tersebut di tengah perjalanannya selama di Bandung.
Adapun Handika & Jesslyn yang belum lama dipasangkan merasa bahagia dengan pengalaman yang telah diraih dalam ajang kompetisi debat energy perdana bagi keduanya. “Kami sadar bahwa memang masih banyak hal yang perlu kami perbaiki, terutama dalam pembentukan & pengembangan argumen, cara penyampaian yang persuasif, serta bagaimana cara mematahkan lawan. Namun bagaimanapun juga, kami juga ingin berterimakasih kepada Mas Fauzy dan Mbak Aya yang sudah mengajak kami sebagai ajang kaderisasi, sehingga kami mendapat pengalaman berharga ini. Ini adalah momentum awal, dan kami ingin kembali lagi pada kesempatan lain. Sudah tugas kami untuk menjaga dan melanjutkan trend baik yang telah ditorehkan oleh kakak-kakak kami”, ujar Jesslyn dan Handika.