Bendera Indonesia berkibar di negara Malaysia pada 20 April 2017 lalu. Tim “Gama Cheetah” berhasil mengharumkan nama bangsa dan Universitas Gadjah Mada setelah dinyatakan sebagai pemenang kompetisi Geoquiz Competition, dalam rangkaian kegiatan Geoscience Industrial Week 2017 di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.
Ketiga mahasiswa Fakultas Teknik UGM yang tergabung dalam Tim “Gama Cheetah” adalah Fauzy Habibie Akhyar (Teknik Geologi 2014), Cokro Wibowo Suratno (Teknik Geologi 2014), dan Ahmad Faizal Amin (Teknik Geologi 2013). Kemenangan ketiga mahasiswa ini tentu menjadi catatan sejarah bagi UGM dan Indonesia karena titel juara di tahun sebelumnya diraih perwakilan dari Negeri Gajah Putih, Chulalongkorn University.
“Geoquiz merupakan lomba cerdas-cermat yang membahas mengenai ‘earth sciences’, meliputi segala hal yang terkait dengan ilmu kebumian, baik itu dari segi basic sciences yang merupakan pertanyaan mendasar mengenai kebumian, astronomi, dan hidrologi, hingga aspek-aspek aplikatif yang terkait dalam segi eksplorasi sumber daya alam,”ujar Fauzy Habibie Akhyar, di Kampus UGM, Kamis (4/5).
Fauzy mengungkapkan pengambilan nama ‘Gama Cheetah’ dengan mempertimbangkan filosofi agar tim dari UGM bisa berlari secepat cheetah, dan sekaligus bisa menjadi tim yang mematikan. Meski sempat merasa gugup saat lomba, namun dengan nama itu tim pun menjadi pantang pulang sebelum menang.
“Tentu nama itu menjadi penyemangat sekaligus sebuah beban agar kami dapat melakukan yang terbaik. Ini merupakan kali pertama bagi UGM untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Universiti Malaya,” ungkap Fauzy.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, sepanjang sejarah lomba ini diadakan Indonesia belum pernah menjuarai kompetisi yang cukup bergengsi di kawasan Asia Tenggara tersebut. Dua tahun lalu, kompetisi Geoquiz dimenangkan oleh Universiti Teknologi Petronas (Malaysia), dan tahun lalu kompetisi ini dimenangkan Chulalongkorn University (Thailand), baru disusul oleh perwakilan Indonesia, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Fauzy mengaku pada saat lomba tantangan yang dirasakan adalah penyesuaian dengan sistem baru yang mulai diterapkan pada kompetisi tahun ini. Pada tahun 2017 ini, lomba terasa agak berbeda dari biasanya karena kebiasaan lomba hanya menekan tombol secepat-cepatnya untuk menjawab, namun kali ini harus menggunakan aplikasi pada laptop.
“Kami sempat agak surprise di awal, namun Alhamdulillah tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri,” ujar Fauzy.
Ahmad Faizal Amin menambahkan tantangan lain yang harus dihadapi adalah ketika melihat kehadiran mahasiswa dari berbagai universitas ternama turut berkompetisi. Hal ini tentu menjadi tantangan agar tim Indonesia dapat mempertahankan semangat tempur selama kompetisi berlangsung.
“Ini yang menjadi pembeda antara kontingen Indonesia dan tim-tim lainnya. Semangat kami untuk dapat mengibarkan Sang Saka Merah Putih menjadi pemicu kami untuk dapat melakukan yang terbaik. Semenjak tim sampai di Malaysia, kami harus yakin bahwa tim kita adalah tim yang perlu disegani. Hal lainnya, kita ingin menjaga wibawa dan muruah bangsa ini sehingga menjadi pemicu untuk menjaga nama baik Indonesia di mata pesaing lain,” papar Ahmad Faizal.
Bagi Cokro Wibowo Suratno, kemenangan Tim “Gama Cheetah“ membuat sejarah baru di Negeri Jiran. Kemenangan ini membuktikan jika kualitas pendidikan Indonesia sesungguhnya tidak kalah dibandingkan dengan negera-negara tetangga.
“Inilah hal yang patut kita banggakan, sekaligus mempertahankan agar di masa yang akan datang prestasi lebih membanggakan dapat kita peroleh,” ujar Cokro.
Cokro yakin dengan persiapan matang, baik dari segi ilmu pengetahuan, wawasan luas, dan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa internasional, semua tantangan bisa dihadapi. Selain itu, kemampuan untuk membangun jaringan menjadi hal yang penting karena sejatinya pemuda di manapun mereka berada adalah calon pemimpin di negaranya masing-masing.
“Dengan kepercayaan diri, Insya Allah semua tantangan bisa diatasi sehingga ini merupakan kesempatan langka dan sangat berharga bagi kami,” kata Cokro. (Humas UGM/ Agung)