Tiara Tirta Mayangsari, Adinda Berlin Antika Sari Lavida, dan Rahmawati Islami; ketiganya merupakan mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2020, raih juara 1 pada LKTI Nawasena Tourism Expo 2022 yang diselenggarakan oleh Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 4 s.d. 11 April 2022.
Tiara dkk, di bawah bimbingan Atrida Hadianti, S.T, M.Sc, Ph.D. mengajukan karya berjudul Boovillage: Strategi Peningkatan Perekonomian Desa Wisata Karangasem Dengan Konsep Edu-Tourism Circular Village.
Boovillage merupakan sebuah konsep gagasan desa wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip dari Edu-tourism dan Circular Village. Gagasan ini diusung untuk menjawab permasalahan utama pariwisata Desa Wisata Karangasem berupa lemahnya branding terhadap potensi yang dimiliki. Konsep ini terdiri dari empat aspek intervensi, yaitu pemaksimalan sumber daya alam Desa Wisata Karangasem, penerapan IT pada perekonomian Desa Wisata Karangasem sebagai upaya pengenalan edu-tourism, pembuatan mahakarya warga Desa Wisata Karangasem berupa landmark yang dibuat dari bambu, dan pendaurulangan limbah kerajinan bambu menjadi barang bermanfaat lainnya.
Prinsip edu-tourism diimplementasikan melalui penerapan IT pada perekonomian Desa Wisata Karangasem yang diwujudkan melalui peluncuran website/aplikasi BooVillage sebagai bentuk transisi digital yang memberikan kemudahan akses informasi terkait pariwisata Desa Wisata Karangasem. Implementasi ini akan melibatkan peran warga sekitar, terutama generasi muda, dalam proses pemeliharaan dan pengelolaan. Hal tersebut juga mempertimbangkan kompetensi sumber daya manusia yang lebih familiar terhadap inovasi teknologi sekaligus mendukung keberlanjutan pariwisata bagi generasi selanjutnya.
Implementasi lain sebagai bagian dari penerapan prinsip edu-tourism adalah pembuatan mahakarya warga Desa Wisata Karangasem berupa landmark dengan material bambu yang mampu mencerminkan karakteristik lokal. Hal ini juga sekaligus menjadi upaya untuk membangun dan memperkuat branding Desa Wisata Karangasem terkait potensi yang dimiliki.
Intervensi lain dilakukan dengan memaksimalkan sumber daya alam Desa Wisata Karangasem sebagai salah satu upaya memperkuat branding sebagai desa wisata. Hal tersebut juga mempertimbangkan aspek aktivitas dalam kegiatan pariwisata. Dengan bertambahnya atraksi dan aktivitas pariwisata diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Selanjutnya, Prinsip Circular Village diimplementasikan melalui program pendaurulangan limbah kerajinan bambu menjadi barang bermanfaat lain. Intervensi ini mendapatkan angin segar dari masyarakat Desa Wisata Karangasem yang terbuka akan inovasi pengelolaan limbah sehingga memudahkan proses implementasi.
Tiara dkk berharap, melalui kejuaraan ini diharapkan gagasan yang diusung dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat khususnya desa wisata Karang Asem, maupun masyarakat luas yang memiliki isu dan karakteristik daerah yang sama. “Kami berharap kesempatan ini mampu menjadi ajang pengembangan diri dan pengetahuan yang lebih luas lagi terutama dalam mengimplementasikan pengetahuan yang kami miliki pada kasus empiris yang ada di lapangan,” ujar Tiara. (Humas FT: Purwoko)