Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) melalui program KagamaCare mendapatkan amanah dari MKKS guru dan siswa SMA-SMK di Jawa Tengah untuk membangun SDN 20 Sirenja di Dusun Tiga Sao, Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Sebagai daerah yang terdampak tsunami pada gempa Palu beberapa waktu lalu, maka pembangunan sekolah ini dirancang khusus tahan gempa dengan struktur rangka baja. Selain di Palu, model sekolah yang sama juga dibangun di SDN 6 Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB.
Kagamacare melaksanakakan kerjasama dengan Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik (LKFT) UGM untuk proses pembangunan ini. Kerjasama ini dilakukan karena Fakultas Teknik UGM memiliki sumberdaya untuk merancang sampai dengan melaksanakan pembangunan dan pengawasan pembangunan kedua SD tersebut. Bangunan SD negeri ini dirancang sesuai dengan prinsip mitigasi sehingga harus tahan gempa dengan sistem RISBA (Rumah Instan Struktur Baja) hasil pengembangan dosen-dosen FT UGM yang sudah disetujui Kementerian PUPR untuk digunakan pada rekonstruksi pasca bencana.
“Kelebihannya selain tahan gempa, mudah dan cepat dibuat, struktur rangka baja untuk 1 lokal dengan 4 kelas selesai dibangun 5 hari dengan 8 tukang,” jelas Dekan FT UGM, Prof. Nizam.
Pada proses pembangunannya, SDN 20 Sirenja dimulai lebih lambat dari pada SDN 6 Sesait, Lombok Utara. Hal ini terkait dengan proses pengiriman material yang lambat karena keterbatasan fasilitas bongkar muat di pelabuhan Palu yang rusak karena terdampak peristiwa tsunami. SDN 6 Sesait Lombok Utara pada Maret 2019 sudah mulai berfungsi sepenuhnya.
Selain bangunan, untuk memenuhi prinsip mitigasi, kedua sekolah dasar tersebut dilengkapi dengan furniture yang sudah dirancang untuk bisa menjadi tempat perlindungan saat terjadi gempa. Guru dan siswa bisa berlindung di bawah meja untuk menghindari tertimpa material yang mungkin terjatuh pada saat terjadi gempa. (Humas FT: Woro/Editing: Purwoko/Foto: Prof. Nizam)