YOGYAKARTA-Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Prof Dr Emil Salim berharap agar perguruan tinggi ikut terlibat dalam mencari solusi berbagai persoalan lingkungan hidup. Ia mencontohkan perguruan tinggi selain bisa terlibat pada antisipasi dan penanganan bencana, perlu juga memikirkan pemanfaatan material-material dampak bencana seperti erupsi gunung berapi. Hal ini ditegaskan Emil usai mengisi orasi ilmiah puncak Hari Perguruan Tinggi Teknik (HPTT) ke-65 Fakultas Teknik UGM, Kamis (17/2).
Sayangnya, isu-isu mengenai lingkungan hidup pasca reformasi 1998 silam justru kalah dibandingkan dengan isu-isu lain, seperti politik dan konflik. Dalam hal ini ia menyoroti peran media yang juga ikut memainkan isu-isu di luar isu lingkungan hidup yang mereka nilai lebih bersifat komersial dan lebih “menjual’ untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
“ Isu lingkungan khan kian tergusur. Maka, disinilah peran perguruan tinggi yang merupakan institusi bebas kepentingan termasuk politik harus tampil menyuarakan isu-isu lingkungan hidup,” katanya.
Emil juga berpendapat dari munculnya bencana alam sebenarnya selalu ada hikmah yang bisa dipetik. Material-material bencana alam seperti erupsi gunung bisa dimanfaatkan seperti untuk bahan bagunan, pemanfaatan pertanian hingga untuk tenaga panas bumi (geothermal). “ Aliran banjir lahar dingin yang deras misalnya sangat mungkin dimanfaatkan untuk tenaga geothermal. Belum lagi lahan bekas aliran lahar yang subur untuk pertanian,” ujar mantan Menteri Lingkungan Hidup ini.
Dalam kesempatan itu Emil Salim juga mengingatkan tantangan lain yang dihadapi selain persoalan lingkungan adalah jumlah penduduk yang besar dengan distribusi penduduk yang sangat tidak merata. Kondisi ini masih diperparah dengan angka kemiskinan yang juga masih cukup besar di luar Pulau Jawa.
Secara khusus Emil menekankan pentingnya upaya-upaya perubahan iklim, bukan disebabkan tekanan internasional, namun dengan melihat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di daerah tropis yang sangat rawan terhadap bencana perubahan iklim sehingga berdampak negatif pada berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, ekonomi dan kesehatan.
Hampir senada dengan Emil Salim, Dekan Fakultas Teknik UGM, Ir Tumiran, M.Eng, Ph.D juga menilai suara ilmuwan pasca reformasi 1998 terkait isu lingkungan hidup hanya sedikit yang didengar dan ditindaklanjuti oleh pemerintah. Padahal, sumbang saran dan pemikiran ilmuwan dari perguruan tinggi di Indonesia cukup strategis.
“ Jadi ada sinergi yang kuat dengan melibatkan para ilmuwan kampus ini. Kalau suara ilmuwan tidak didengar lagi maka ditakutkan banyak kebijakan yang tidak lagi berpihak kepada rakyat seperti maraknya industrialisasi yang komersil tanpa mengindahkan aspek lingkungan,” ujar Tumiran (Humas UGM/Satria AN)