Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo dianugrahi Herman Johannes Award 2022 oleh Keluarga Alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA). Penganugerahan diberikan pada acara puncak HPTT ke-76, 17 Februari 2022 di gedung ERIC Fakultas Teknik UGM.
“Diberikan atas jasa pengabdian, dedikasi yang luar biasa kepada bangsa dan tanah air semasa beliau masih hidup,” ujar ketua KATGAMA Agus Priyatno saat membacakan keputusan.
Dalam sejarah FT UGM, Prof. Roosseno berperan penting dalam proses pemindahan lembaga pendidikan tinggi teknik Bandung ke Yogyakarta karena kondisi perang saat itu. Sebagai kelanjutan sekolah ini, kemudian lahir sekolah teknik di Yogyakarta pada 17 Februari 1946. Roosseno menjadi ketua pertamanya. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik UGM.
Mengutip laman Arsip UGM, Prof. Roosseno juga tercatat sebagai promotor pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada di Yogyakarta. Sekolah Teknik Yogyakarta kemudian bergabung dengan perguruan tinggi Gadjah Mada ini sebagai embrio lahirnya Universitas Gadjah Mada.
***
Roosseno lahir di Madiun 2 Agustus 1908, meninggal di Jakarta 15 juli 1996. Pendidikan pertamanya ditempuh di ELS Yogyakarta, tahun 1922, kemudian MULO Madiun tahun 1925, AMS B Yogyakarta 1928. Gelar Ir. Teknik Sipil diraih dari Techniche Hoogescholl te Bandoeng, Mei 1932.
Roosseno kecil, saat usia 8 tahun, sudah menunjukkan imajinasi dan pandangan jauh ke depan. Sesaat setalah melihat kokohnya jembatan yang dilintasi kereta, Roosseno punya impian mampu membuat jembatan. Mimpi ini pada akhirnya terwujud. Kecerdasannya saat sekolah di Bandung, mengantarkannya sebagai satu-satunya siswa pribumi yang lulus di antara rekan seangkatannya.
Setelah menjadi insinyur Teknik Sipil, Roosseno mewujudkan berbagai karya besar. Di antaranya jembatan Rantau Beringin dan Rajamandala, serta berbagai bangunan lain yaitu kubah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Bank Indonesia, Gedung Bank BNI dan BDN, Wisma Nusantara, termasuk Gedung Sarinah serta berbagai pelabuhan dan sarana olahraga.
Selain berbagai karya di atas, yang kemudian menjadikannya dijuluki Bapak Beton Indonesia, Roosseno juga berkarir pada berbagai bidang. Pada bidang akademik, pada tahun 1944-1945 Roosseno memperoleh gelar Guru Besar di Bandung Kogyo Daigaku (nama TH Bandung setelah dikuasai Jepang). Tahun 1945-1946, Roosseno menjadi ketua STT Bandung.
Tahun 1948, Roosseno kembali dikukuhkan sebagai Guru Besar di Universiteit van Indonesia te Bandung. Roosseno juga mendirikan Akademi Teknologi Nasional (1950), sebagai Rektor STT Nasional, juga Rektor Institut Sains dan Teknologi Nasional. Di lingkungan birokrasi, pernah menjabat sebagai Menteri PU & T tahun 1953, serta Menteri Perhubungan tahun 1953-1955. Tahun 1977 Roosseno dianugerahi Doktor Honoris Causa dari ITB Bandung.
Agus Priyatno mengenang pesan Prof. Roosseno pada tahun 1977. “Jadilah insinyur yang penuh dengan pengabdian, dedikasi dan jangan tinggalkan idealisme,” demikian pesan Prof. Roosseno yang dikutip Agus Priyatno.
Penganugerahan HJA: https://www.youtube.com/watch?v=UfuwZP29ZYc&t=10210s