YOGYAKARTA- Menjadi juara satu pada Kontes Robot Dunia, yaitu Trinity Fire Fighting Home Robot Contest and RoboWaiter Competition (TCFFHCRC) , di Hartford, Connecticut, AS, 9-10 April 2011 lalu sama sekali tidak pernah terpikir di benak mereka. Apalagi, jika melihat para pesaingnya yang berasal dari beberapa negara maju. Sebut saja China, Israel, Meksiko, Kanada, Portugal, dan AS. Tetapi, kenyataan membuktikan ketangguhan tim robot Indonesia, termasuk di dalamnya Tim Robot UGM.
“Grogi dan kecil hati sempat ada melihat lawan-lawan kita, khususnya China yang sangat tangguh. Tapi, akhirnya dengan percaya diri dan optimis kita berhasil menjadi juara satu,”kata salah satu anggota tim robot UGM, Farid Inawan (Jurusan Teknik Elektro 2009), usai ramah-tamah dengan jajaran Universitas dan Fakultas, di KPTU Fakultas Teknik UGM, Senin (18/4).
Farid, bersama Noer Azis Ismail, Luiz Rizki Ramelan (Jurusan Teknik Elektro 2009) dan Wahyu Wijayanto (Jurusan Teknik Mesin 2008) berhasil meraih juara satu dan dua pada kategori Senior Division. Robot Koplax menjadi juara pertama dan Iron Fire juara kedua pada kompetisi bergengsi tersebut.
Farid menambahkan, dua hari sebelum keberangkatan sebenarnya mereka belum siap sepenuhnya. Bahkan, sesampainya di AS robot dan barang-barang yang disimpan di bagasi pesawat justru kepanasan. Namun, setelah dilakukan perawatan dan dirancang kembali Koplax yang hanya beroda dua dan menggunakan sendok sayur sebagai penyeimbang justru menjadi juara satu.
Koplax setelah melalui tiga kali pertandingan, imbuh Farid, menghabiskan waktu sekitar 4,6 detik. Trial pertama Koplax hanya memerlukan waktu 0,8 detik. Sedangkan lawan berat Indonesia, China, menghabiskan waktu untuk melewati rintangan dan memadamkan api lilin 0,9 detik. Selisih 0,1 detik saja dari tim Koplax.
“Sendok ini dulu juga sempat membawa robot Ironfire menang di KRCI di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun lalu,” imbuhnya.
Sementara Wahyu Wijayanto juga mengaku tidak menduga mereka akan keluar sebagai juara. Ia juga menceritakan persiapan tim yang harus memasukan robot ke dalam freezer lemari es terlebih dulu. Hal ini dilakukan sebagai langkah persiapan mengingat kondisi cuaca di AS yang dingin.
“Semua langkah kita tempuh termasuk memasukan robot ke dalam freezer agar bisa menyesuaikan dengan iklim di sana,”kata Wahyu.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., mengaku bangga dengan prestasi yang diraih mahasiswa. Prestasi yang telah melewati perjalanan panjang setelah menang pada KRCI di Malang tahun lalu. Pihak Fakultas Teknik, ujar Tumiran, memberikan penghargaan kepada mahasiswa dengan membebaskan SPP dan BOP selama 3 tahun. Tumiran dalam kesempatan tadi juga sempat menyampaikan pesan Mendiknas M.Nuh agar UGM bisa mencoba mengembangkan laboratorium robotika.
“Selain beasiswa S2 dari Mendiknas kita juga memberikan apresiasi bagi para mahasiswa,”kata Tumiran.
Di tempat yang sama Direktur Kemahasiswaan, Drs.Haryanto, M.Si juga berharap prestasi yang diraih mahasiswa di kancah Internasional ini bisa terus ditingkatkan. Ia mengakui selama tiga tahun terakhir sejak tahun 2008 UGM memang cukup fokus untuk mengembangkan robot di kampus.
Jika mahasiswa sudah memiliki semangat untuk berkarya dan memajukan UGM, maka peran dosen untuk memberikan bimbingan juga dinantikan,”harap Haryanto.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D. dalam sambutannya mengatakan prestasi tim robot UGM ini merupakan salah satu bentuk internasionalisasi. Selain berupa karya-karya yang mendapatkan pengakuan dunia internasional, beberapa langkah menuju internasionalisasi yang tetap perlu dilanjutkan diantaranya kebijakan dan peraturan yang berbasis standar internasional, serta memperjuangkan local wisdom sebagai peninggalan nenek moyang untuk student center learning.
“Terus berikan karya nyata yang mendapat pengakuan dari masyarakat internasional agar kesuksesan tercapai,”kata Atyanto.
Seperti diketahui, TCFFHCRC ini adalah kompetisi robot pemadam api yang diselenggarakan tahunan sejak tahun 1994. Kompetisi tersebut diikuti dari mulai siswa sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, mahasiswa hingga praktisi. Pada ajang 2011, 135 robot turut berkompetisi. Indonesia, selain UGM, ITB dan UNIKOM juga berhasil menjadi juara satu dan dua untuk kategori Walking Division dan RoboWaiter Entry Level serta RoboWaiter Advance. Atas prestasinya ini, tim UGM juga berhak atas hadiah sebesar USD 300 dan USD 200. Selamat! (Humas UGM/Satria AN)
sumber: ugm.ac.id