Industri papan partikel sedang populer. Ditandai dengan semakin marak penggunaannya sebagai bahan baku perabot rumah tangga. Di sisi lain papan partikel mayoritas dibuat dari kayu, yang tentunya berkorelasi dengan ketersediaan kayu. Melihat kenyataan ini, Muhammad Fahmi Abdul Aziz, Ganang Dino Utama, dan Timothy Elia Tallulembang (mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM semester 5), berfikir harus ada bahan baku lain sebagai alternatif kayu.
Maka muncullah ide dari Fahmi dkk. untuk menggunakan tandan kosong kelapa sawit, yang pemanfaatannya belum optimal, sebagai pengganti kayu untuk bahan baku papan partikel. Hal ini juga membantu mengurangi limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi bahan yang bernilai guna. Harganya yang murah menjadikan biaya bahan baku papan partikel pun dapat ditekan. Selain itu, konsep ini menggunakan bahan perekat soy protein isolated (SPI) yang ramah dengan kesehatan.
Karya Fahmi dkk. ini diberi judul “Ecofriendly particleboard using oilpalm empty fruitbunch and soy based adhesive resin”. Diajukan sebagai peserta lomba bertajuk “Green wave environmental care competition” yang diselenggarakan oleh Sembcorp Marine Singapura. Perlombaan ini merupakan perlombaan rutin tahunan level internasional. Tahun 2018 mengambil tema “Enjoying trees in their natural habitat”. Digelar di Sembcorp Marine, Admiralty Yard Singapura, 1 November 2018. Terdapat 11 finalis, hasil dari babak penyisihan, dengan juri dari berbagai institusi: NUS, NTU, BP Shipping dan lembaga ternama lainnya.
Tahun 2018 ini merupakan keikutsertaan UGM yang pertama, sekaligus salah satu wakil dari Indonesia. Timothy bercerita bahwa peserta dari negara lain begitu percaya diri dengan alat-alat yang dibawa. Sedangkan mereka hanya bermodal Rp850.000 untuk membuat prototype. Namun, usaha, ide, dan kreativitas tidaklah sia-sia. Juri menobatkan delegasi UGM menjadi juara 1, dan berhak memperoleh S$10.000 serta kesempatan magang di perusahaan Shell.
“Saya lihat desain kami punya kesesuaian dengan tema, dan idenya mudah diterima juri. Selain itu cukup jelas prospeknya jika dikomersialkan dan tentunya layak”, Timothy menebak alasan juri sehingga menjadikan timnya yang terbaik.
Keberhasilan ini tidak lepas dari peran pembimbing. Timothy, Fahmi, dan Ganang melakukan desain produk dibawah bimbingan Wiratni, S.T., M.T., Ph.D., Budhijanto, ST., MT., Ph.D., keduanya dosen di Teknik Kimia FT UGM. Serta Dr.Agr.Sc. Ragil Widyorini, S.T., M.T. dari Fakultas Kehutanan UGM.
Hasil ini tentunya menambah deretan panjang prestasi mahasiswa FT UGM, dan terus akan disambung dengan berbagai prestasi lainnya. (Humas FT: Purwoko)