Di tahun 2015, Indonesia dihadapkan dengan AEC (ASEAN Economic Community) dimana arus barang, jasa, dan modal antara negara-negara ASEAN menjadi lebih mudah. AEC bisa menjadi sarana untuk memperluas pasar produk-produk Indonesia, namun dapat berpotensi pula menjadi ancaman serius apabila pedagang Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri.
Kondisi tersebut yang mendorong lima mahasiswa Teknik UGM tergerak untuk berusaha membantu UKM agar mampu bersaing dalam pasar Internasioanl, yakni melalui peningkatan pemanfaatan teknologi. Lima mahasiswa tersebut adalah Muhammad Nabil Satria Faradis, Hibran Sabila Maksum, Irkham Maulana (Teknik Mesin), Rizka Islami Ratnasari dan Yulisyah Putri Daulay (Teknik Industri).
UKM yang mereka tuju adalah sebuah UKM helm ukir di Kotagede, Yogyakarta yang memiliki nilai estetika tinggi. “Potensi pasar dari helm ukir ini cukup besar, produknya telah menjamah beberapa perusahaan besar seperti Pertamina, Chevron, Wyatt Oil, Seadrill dan berbagai negara seperti Swiss dan Kanada,” kata pemilik usaha. “Cerita tentang kesulitan pemenuhan pesanan karena proses pembuatan helm yang masih dilakukan secara tradisional mendorong kami untuk berusaha membantu UKM tersebut. Tidak hanya itu, kami melihat potensi pengenalan batik Indonesia kepada masyarakat dunia melalui ukiran pada helm ini,” ujar Nabil ketika ditanya alasan memilih UKM helm ukir.
Kendala yang dialami mitra selama ini adalah terjadinya bottleneck pada proses pengerjaan helm ukir akibat pembuatan helm polos yang memakan waktu lama. Terhitung satu pekerja menghasilkan satu helm polos per harinya karena pembuatannya masih tradisional yaitu dengan memukul plat berulang kali. Hasilnya pesanan tidak sanggup terpenuhi dan konsumen akan berpikir ulang untuk memesan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, kelima mahasiswa UGM tersebut membuat mesin pres hidrolis semi otomatis untuk mengefisienkan pembuatan helm polos dari segi waktu, tenaga dan biaya.
“Lembaran plat yang telah dipotong sesuai ukuran diletakkan di atas cetakan helm. Hidrolik akan turun saat tuas di sebelah kiri mesin di tekan. Kekuatan hidrolik lima ton akan menekan lembaran plat hingga bentuknya sama dengan bentuk cetakan di bawahnya,” jelas Hibran sebagai penanggungjawab perancangan alat. Dengan adanya alat ini, diprediksi proses produksi helm polos akan lebih cepat sehingga harapannya UKM dapat berkembang dan bersaing dalam ranah AEC.
Kendala yang dialami terletak pada biaya pembuatan dan riset yang lumayan besar. Rizka selaku bendahara tim mengungkapkan, “Hingga hari ini sudah 80% jadi, namun masih terkendala pada masalah dana. Oleh karena itu, kami sedang gencar mempromosikan proyek ini agar mendapat support dana. Saat ini, selain didanai dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Dana Hibah Penelitian (DHP) ide ini juga diterima sebagai inisiator di web crowdfunding milik UGM, IdeaConnect.” Putri, sekretaris tim menambahkan, “Jika ingin membantu mendukung program ini dan informasi lebih lanjut silakan kunjungi http://ideaconnect.ugm.ac.id/project/site/view/31/i-paps atau menghubungi (085646423979 – Idea Connect). Dukungan dari berbagai pihak sangat kami butuhkan.” Ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk lebih memperkenalkan teknologi pada pengusaha UKM di Indonesia agar produktivitas dan kualitas produk mereka meningkat. Selain itu, program ini diharapkan bisa mematik kesadaran mahasiswa akan permasalahan yang ada disekitarnya dan mencari sebuah ide kreatif sebagai jalan keluarnya.
(Tulisan kiriman dari : Yulisyah Putri Daulay – mahasiswi Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada.)