Bisnis fashion menjadi sangat menjanjikan di era sekarang karena keberagaman gaya berpenampilan masyarakat terutama generasi muda. Bagi generasi muda, penampilan yang menarik, bagus, dan nyaman akan meningkatkan performa kinerja. Fenomena ini ditangkap oleh Ajeng Mentari Soestika (Perencanaan Wilayah dan Kota, angkatan 2020) sebagai peluang bisnisnya.
Ajeng memulai bisnis fashion tas dengan nama produk Sadadjiwa.co pada tahun 2022 hingga sekarang. Produk Sadadjiwa.co fokus pada tas kuliah. Bisnis ini dibangun dari keresahan Ajeng sebagai mahasiswa yang susah menemukan tas kuliah dengan kapasitas besar namun tetap estetis.
Bisnis ini terus berkembang dari yang awalnya hanya dikelola 2 orang hingga sekarang 7 orang. Selain itu, Sadadjiwa juga bekerja dengan 5-10 penjahit lokal penjahit dalam proses produksi setiap bulannya. Hal ini sangat menarik karena terjadi proses hilirisasi bisnis yang bisa memberikan dampak ke banyak orang.
Ajeng dan tim Sadadjiwa.co setiap bulannya berhasil menjual sekitar 800 tas dengan harga di atas Rp150.000. Bahkan untuk waktu tertentu, Sadadjiwa.co mampu menjual 2.500 tas dalam satu bulan. Angka tersebut terbilang sangat sukses untuk bisnis yang dijalankan paruh waktu. Selain itu, followers Sadadjiwa.co di Shopee mencapai 25 ribu, 15 ribu di Instagram, dan 5 ribu di Tiktok. Sadadjiwa.co juga sudah merambah ke negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Ajeng sebagai mahasiswa teknik mempunyai tantangan tersendiri dalam menjalankan bisnis yang tidak linear dengan ilmu kuliahnya. Hal ini menuntut dirinya untuk belajar mandiri dan aktif menangkap fenomena yang terjadi dalam bisnisnya. Selain itu, manajemen waktu juga menjadi tantangan. Kegiatan kuliah yang padat harus disesuaikan dengan bisnis agar kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan. Namun, tantangan tersebut dapat diselesaikan oleh Ajeng dengan tekad dan kerja kerasnya.
Ajeng juga berpesan kepada mahasiswa teknik yang ingin memulai bisnis tetapi memiliki kekhawatiran karena tidak linear dengan ilmu yang dipejari.
“9 dari 10 pintu rezeki ada di berbisnis (berdagang), jadi temen-temen yang ingin memenuhi kebutuhannya sendiri sangat mungkin untuk mulai bisnis. Aku ngerasa kalau kerja (red:pada) orang itu ga fleksibel dan kita ga membangun sesuatu, sedangkan kalau berbisnis kita membangun sesuatu dan milik kita sendiri.”
Kerja keras membangun bisnis sendiri yang dilakukan Ajeng ini dapat dicontoh mahasiswa dan anak muda lainnya. Kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang teknologi yang dimiliki generasi muda harus terus dikembangkan dan digali untuk meningkatkan taraf hidup manusia di Indonesia. Upaya Ajeng ini juga mendukung tujuan SDGs terutama pada poin ke-8 (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi).
(HUMAS FT)