Sabut kelapa adalah barang yang sering kita jumpai di daerah Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya, belum banyak orang yang mau untuk memanfaatkan sabut kelapa dan sabut kelapa pun hanya menjadi limbah di negeri ini. Namun, di tangan mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada (UGM), limbah sabut kelapa disulap menjadi barang kerajinan unik bernilai ekonomis. Mereka menyebutnya program Co-Craft yang dilaksanakan di Dusun Plampang 1, Kalirejo, Kokap, Kulon Progo.
Dusun plampang 1 berjarak 47.8 km (1.5 jam perjalanan) dari Universitas Gadjah Mada. Dusun ini terletak di lereng selatan perbukitan Menoreh dengan ketinggian tanah 600 meter dari permukaan laut.
“Kondisi geografis dusun ini sebenarnya memiki potensi alam yang sangat baik untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil pengamatan kami, terdapat 3 potensi Dusun Plampang 1 namun belum dikembangkan dengan baik, yaitu pertama potensi sabut kelapa yang melimpah, namun hanya dibuang menajdi limbah ataupun dibakar sehingga menambah polusi udara. Kedua, potensi wisata alam dengan objek wisata Gunung Agung dan penetapan sebagai desa wisata. Selain itu, potensi pengembangan wisata yang sangat besar karena adanya pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kecamatan Temon yang menjadi peluang peningkatan jumlah pengunjung ke Kulon Progo (sasaran pasar). Ketiga, potensi sumber daya manusia yaitu peningkatan produktivitas ibu-ibu PKK Plampang 1 yang sudah memiliki agenda kumpul rutin bersama,” ungkap Yofrizal Alfi.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada yang terdiri dari 12 orang dari 2 fakultas yaitu Fakutas Teknik dan Fakultas Pertanian yang terdiri dari Yofrizal Alfi (Teknik Fisika), Fikri Muhammad (Teknik Elektro), Yulisyah Putri Daulay (Teknik Industri), Verna Ardhi Hapsari (Teknik Sipil), Putu Sri Ronita Dewi (Teknik PWK), Icha Ludyawati (Teknik Sipil), Rischa Agustina (Teknik Industri), Fathurrahman Setiawan (Teknik Nuklir), Fajar Sina M (Teknik Sipil), Karina Dita (Teknik Industri), I Komang Adi W (Mikrobiologi), dan M, Pradipta Natriasukma (Agrobisnis) mempunyai gagasan dan solusi atas permasalahan yang terjadi di Dusun Plampang 1 yaitu mengkreasikan limbah sabut kelapa menjadi kerajinan dari sabut kelapa (coconut craft) sebagai upaya peningkatan perekonomian di Dusun Plampang 1, Kulonprogo atau disebut program Co-Craft.
“Terdapat 3 produk unggulan dari Co-Craft ini yaitu coco potty, coco doll, dan coco keychain,” kata Putu Sri. Coco potty adalah sebuah pot berbahan dasar serabut kelapa dengan desain unik dan berfungsi sebagi media edukasi penanaman. Coco doll adalah boneka pintalan dari serabut kelapa dengan desain bertemakan hewan sebagai souvenir yang ramah lingkungan. Coco keychain sebuah gantungan kunci berbahan dasar serabut dan serbuk kelapa dengan desain bertema nasionalisme dan tradisional.
“Semua produk kerajinan ini dijual dengan harga mulai dari Rp 10.000,- hingga Rp. 50.000,-. Harga yang sangat terjangkau sebagai sebuah souvenir,” lanjut Yulisyah Putri Daulay sebagai penanggung jawab produksi.
Tahapan pemasaran produk Co-Craft ini diupayakan melalui media-media promosi online seperti website dan media sosial lainnya yaitu Facebook, Instagram, Youtube, serta pemasaran offline melalui toko-toko souvenir Kulon Progo serta Kota Yogyakarta. “Kami telah mendampingi pemasaran online kepada masyarakat khususnya ibu-ibu PKK,” ungkap Fikri Muhhamad selaku penanggung jawab promosi dan pemasaran.
Produk-produk hasil program ini diharapkan dapat menjadi sebuah produk khas Dusun Plampang 1 sehingga menjadi penunjang dalam pengembangan desa wisata alam.
“Target hasil dari program ini adalah masyarakat dapat secara mandiri memproduksi kerajinan khas yang unggul dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa sehingga hasil produksi ini dapat dipasarkan secara meluas dan meningkatkan perekonomian warga desa. Oleh karena itu, limbah akan berkurang, ibu-ibu menjadi lebih produktif serta peningkatan kesejahteraan masyarakat desa,” Kata Verna Ardhi Hapsari.