YOGYAKARTA – Endapan material lahar hasil erupsi Merapi di sekitar Kali Gendol dan Opak, Sleman, berpotensi menimbulkan bahaya banjir lahar yang mengancam keberadaan kawasan Candi Prambanan. Aliran Kali Opak memang melintasi kawasan Candi Prambanan, sementara endapan lahar yang berupa pasir, kerikil, dan bongkahan sudah berada sekitar 6 kilometer dari wilayah candi. Besarnya curah hujan dikhawatirkan membawa aliran volume lahar yang jauh lebih besar. Demikian hasil temuan tim geologi UGM setelah melakukan pemetaan volume aliran lahar di sepanjang Kali Gendol dan Opak, Minggu (6/2).
Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, M.Sc. menerangkan untuk kondisi saat ini, kawasan Candi Prambanan masih relatif aman dari ancaman banjir lahar. Namun, setelah memantau aliran volume lahar, ia khawatir apabila terjadi banjir lahar yang lebih besar, kawasan candi akan rusak “Yang penting, antisipasi dan dikendalikan sebab curah hujan yang tinggi mampu menggerus elevasi sungai yang terbawa bersama lahar,” katanya.
Dwikorita mengingatkan bukan tidak mungkin banjir lahar yang lebih besar akan terjadi dan mencapai kawasan candi. Itu sebabnya Dwikorita berharap semua pihak untuk mewaspadai ancaman banjir lahar dingin. Tidak cuma di lereng, sungai yang berhulu di kaki Merapi pun berpotensi terjadi banjir lahar, apalagi material vulkanik saat ini telah memenuhi aliran Kali Opak dan Gendol. “Jadi, upaya pengerukan dan pembuatan tanggul harus segera dilakukan,” tambahnya.
Dwikorita menilai di kawasan Candi Prambanan sangat riskan terjadi kerusakan karena ada belokan Kali Opak di sekitar candi. Menurutnya, jika lahar membawa material bongkahan yang lebih besar, dikhawatirkan akan mampu merusak tanggul dan meluap ke pinggiran sungai meskipun Kali Opak di kawasan candi berkedalaman kurang lebih 20 kilometer dan lebar 40 meter. “Paling tidak, 2-3 kali periode banjir diperkirakan (material lahar) bisa meluber dan melimpas ke kawasan candi,” katanya.
Vulkanolog, Ir. Bambang Widjaja Hariadi, mengatakan saat ini endapan lahar dingin di Kali Gendol mulai terbentuk di sekitar Dusun Brongkol, Cangkringan. Volumenya kian bertambah, sementara di sepanjang Kali Opak, puncak aliran lahar semakin mengecil setelah melewati daerah sekitar Polsek Cangkringan. “Potensi lahar dalam jumlah lebih besar justru dari Kali Gendol,” terangnya.
Berdasarkan hasil pengamatan Bambang, material erupsi Merapi di sekitar Kali Gendol belum sepenuhnya menjadi endapan lahar dingin karena beberapa material lahar masih dalam kondisi temperatur tinggi 80-200 derajat. Akibatnya, saat terkena air hujan akan terjadi proses penguapan. Berbeda halnya di Kali Opak, kebanyakan material vulkanik sudah berbentuk lahar dingin. “Hampir 30-40 persen dari hasil erupsi Merapi mengalir ke Kali Gendol belum sepenuhnya luruh karena temperaturnya masih tinggi,” katanya. Ia menambahkan aliran lahar Merapi di Kali Gendol sampai saat ini sudah berada di daerah Dusun Giyan, Banjarharjo, Sleman.
Dalam pantauan yang dilakukan selama sehari, tim geologi UGM meninjau beberapa daerah hulu Kali Opak dan Gendol di Dusun Kinahrejo. Selanjutnya, tim mengunjungi dua jembatan putus dan kantor Polsek Cangkringan yang rusak parah akibat diterjang banjir lahar dingin. Tim juga memantau kondisi luapan lahar di pertemuan dua sungai Opak dan Gendol di Dusun Krebet, Desa Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman. Seperti diketahui, pertemuan dua aliran sungai ini akan mengalir ke Kali Opak yang melintasi kawasan Candi Prambanan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)