Wabah Covid-19 yang sedang melanda harus dihadapi oleh siapa saja. Tentu melalui kerjasama, kontribusi dalam berbagai bentuk, serta mengoptimalkan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Termasuk civitas FT UGM. Berbagai riset dilakukan untuk menghasilkan alat yang berfungsi menekan laju pandemi, juga untuk membantu para tenaga kesehatan maupun pasien Covid-19.
CIMEDs FT UGM, sebuah kelompok riset yang fokus pada bidang kesehatan menghasilkan produk coverall dan juga face shield. Face shield dari CIMEDs sudah diproduksi dan diujicobakan.
Untuk membantu menangani pasien, tim dari DTETI di bawah koordinasi Dr. Eka Firmansyah, dan DTMI di bawah koordinasi Dr. Adhika Widyaparaga melakukan riset terapan dan rapid prototyping ventilator. Riset DTETI sampai tanggal 2 April telah mengasilkan prototype ventilator yang dapat diatur volume tidal, frekuensi aspirasi, dan rasio inhale/exhale. Sedang disiapkan sensor feedback dari pasien sehingga bisa otomatis menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pasien.
Sementara dari DTMI, sampai tanggal 1 April menghasilkan prototype ventilator yang dihasilkan bisa diatur laju, frekuensi dan volume pemompaan O2 ke “pasien”. Bahan-bahan medical grade, mekanikal dari parts yang mudah didapat (misal motor wiper mobil).
Dr. Jayan Sentanuhady dari DTMI FT UGM membuat portable hand wash. Alat ini memungkinkan setiap orang mudah melakukan cuci tangan untuk mencegah penularan virus. Mobile handwash ini akan dipasang di beberapa titik keramaian.
Sementara itu, Teknik Kimia FT UGM membuat handsanitizer berbasis etanol (standard WHO). Produk ini dibagikan utamanya untuk rumah sakit/puskesmas di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Dr. Herianto dari DTMI FT UGM bersama Asosiasi Printridi, serta mahasiswa relawan mengoptimalkan mesin 3D printer yang dikembangkannya untuk membuat face shield. Selain itu, juga membuat video tutorial cara membuat face shield yang memanfaatkan berbagai alat sederhana yang ada di sekitar. “Video ini sepenuhnya kami dedikasikan untuk seluruh warga indonesia maupun negara lain yang sedang berjuang bersama melawan virus corona/covid-19,” ungkapnya. Video dapat dilihat di ugm.id/5fs
Dr. Rachmawan Budiarto bersama tim mengembangkan bilik disinfektan yang diberi nama ID-Chamber sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19. Alat ini telah diuji coba di kantor Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) sejak Senin (23/3), dan diuji cobakan di Rumah Sakit UGM.
Prof. Samsul Kamal, dari DTMI FT UGM, mengembangkan bilik disinfektan berbasis udara panas. Penelitian menginformasikan bahwa koronavirus akan lebih cepat tidak aktif pada temperature 40oC dibanding pada 20oC. “Jadi pada intinya makin tinggi temperatur, maka koronavirus akan makin mudah untuk menjadi tidak bisa aktif (inactive/ter”bunuh”) atau decay,” tegas Prof. Samsul. (Humas FT: Purwoko)