YOGYAKARTA-Kebutuhan manusia terhadap energi listrik dari hari ke hari mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi energi listrik tersebut hendaknya dapat diantisipasi agar tidak terjadi permintaan jauh lebih besar dibandingkan dengan penyediaan energi listrik. Disamping itu pembatasan konsumsi energi listrik dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan peralatan teknologi yang berkembang saat ini.
KWh meter digital multifitur yang berbasiskan mikrokontroler ini dibuat untuk memiliki beberapa fitur, yaitu menampilkan nilai-nilai pemakaian daya listrik dan dilengkapi dengan alarm yang dapat diatur dengan suara tertentu dan juga indikator yang menyala sebagai pengingat pembayaran tagihan listrik. Disamping itu, dilengkapi juga dengan fitur menu seperti jumlah biaya tagihan pemakaian daya listrik saat ini, pemakaian bulan lalu dan tombol reset yang berfungsi mereset nilai-nilai operasi.
“ KWh meter ini juga dilengkapi dengan LCD sebagai penampil data yang diperlukan pelanggan,” katanya.
Selain dirinya, pengembangan KWh meter ini juga dibantu beberapa mahasiswa lain baik dari Teknik Elektro maupun Teknik Fisika, seperti Fadjri Andika Permadi, M.Arif Wicaksono, dan Kiki Rahmat Syair.
Dalam bedah Jurnal Saintifika tersebut juga dibedah mengenai Humanisasi Candi: Model Pengembangan Situs Candi Pustakasala di Komplek Kampus Terpadu UII. Tulisan dari Ari Hendra Lukmana, Qolbiyati Muthmainah, Ghifari Yuristiadhi, dan Fahmi Prihantoro. Mereka adalah mahasiswa jurusan Arkeologi, Teknik Arsitektur dan Perencanaan, dan Ilmu Sejarah.
Kedua karya ilmiah di atas sebelumnya telah masuk final dan sebagai peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke XXIII bulan Juli 2010 , di Denpasar, Bali.
Ari Hendra Lukmana dalam paparannya menerangkan bahwa ide humanisasi candi di UII itu berawal dari adanya tarik menarik kepentingan antara UII dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). UII harus menghentikan pembangunan proyek itu sambil menunggu kepastian dari BP3 terkait kelanjutan pembangunan perpustakaan. Sedangkan BP3 merasa bimbang perihal izin pemanfaatan situs candi tersebut ke depan oleh pihak kampus, mengingat dalam penemuan situs candi yang lain, tidak diperbolehkan membangun bangunan lain hingga radius tertentu.
“ Tarik ulur inilah yang mengawali gagasan ini karena memang kasus ini membutuhkan solusi yang cepat dan tepat demi maslahat UII dan BP3,” terang Ari.
Selain itu, kata Ari, gagasan itu diangkat dalam rangka memunculkan wacana baru di dunia arkeologi tentang model konservasi yang adaptif dengan perkembangan zaman. Konsep infill design dan kontekstualisme yang dapat diterapkan adalah dengan membuat penambahan massa berupa bangunan perpustakaan di atas bangunan candi dengan bahan bangunan yang menyatu dengan candi.
Bagian bawah massa bangunan dibuat terbuka sehingga candi tetap mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami. Bagian lantai bangunan yang menutup candi dapat mendukung perancangan lighting sehingga candi tetap terlihat indah di malam hari
“ Dengan begitu candi tetap dapat dijaga kelestariannya dan bangunan baru, yakni perpustakaan, dapat memiliki landmark yang bernilai historis tinggi. Inilah konsep pengembangan desain yang humanis yang solutif bagi candi Pustakasala,” pungkas Ari.
Menanggapi paparan tentang dua karya ilmiah tersebut, Dr.Med.dr. Indwiani Astuti dan Hempri Suyatna,S.Sos., M.Si selaku pembedah, memberikan apresiasi positip. Bahkan, inovatif dan aktual. Mereka berharap ke depan karya ini bisa terus dikembangkan. Tidak lupa keduanya berpesan agar setiap karya tulis ilmiah menghindari adanya praktek plagiarism, meminimalkan sumber dari internet, dan mengedepankan penggunaan buku/jurnal ilmiah lainnya (Humas UGM/Satria AN)