Dua mahasiswa S1 prodi Arsitektur, Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM berhasil meraih Juara 2 pada Architecture Festival 2021 yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur UK PETRA (HIMAARTRA) dalam penjurian final yang diselenggarakan pada Jumat (23/04/2021) melalui konferensi video daring.
Kedua mahasiswa tersebut, Sari Puspita Kusumawardani dan Rifdah Setianingtyas, membuat ide gagasan desain alternatif permukiman masa depan terapung untuk Suku Bajo di perairan Sulawesi. Hal ini merespon tema besar yang diangkat pada kompetisi tahun ini, yaitu “Tides of Change”. Peserta ditantang untuk memberikan ide desain arsitektural yang dapat beradaptasi terhadap kenaikan air laut (Sea Level Rise) yang terus terjadi akibat pemanasan global.
Ide desain yang digagas oleh Sari dan Rifdah dirangkum dalam konsep utama “Bajau Next Adaptation” yang berawal dari kekhawatiran terhadap terancamnya identitas dan kehidupan Suku Bajo, suku penyelam yang hidup nomaden berkelana di laut. Seiring dengan waktu, Suku Bajo mulai beradaptasi dengan bermukim di atas laut dengan membangun rumah tancap. Namun, perubahan iklim menyebabkan kenaikan air laut dan kelangkaan sumber daya yang membuat Suku Bajo semakin rentan. Oleh karena itu, strategi adaptasi bermukim Suku Bajo di masa depan dirasa perlu dirancang dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Dalam perancangan, terdapat tiga strategi yang diusung, yakni Ephemeral Spaces, Retrofitting New Typology, dan Redefining Bajau Living. Ephemeral Spaces terinspirasi dari kearifan lokal masyarakat Bajau yang menggabungkan lepa (perahu tradisional) untuk membuat ruang ephemeral terapung, prinsip tersebut diadaptasi menjadi platform terapung modular yang saling terhubung, menawarkan fleksibilitas fungsi ruang. Retrofitting New Typology adalah strategi penyesuaian permukiman apung baru di lokasi permukiman yang sudah ada di Kampung Bajo. Menerapkan prinsip Reuse, kayu yang ada di permukiman lama dapat digunakan kembali, serta tiang dan batu yang tersisa digunakan kembali sebagai habitat karang baru. Redefining Bajau Living bertujuan untuk membentuk masyarakat yang mandiri, dengan akomodasi kebutuhan vital dan aspek berkelanjutan pada permukiman, seperti pemanfaatan energi matahari, desalinasi air laut, fasilitas sosial penunjang, dan aquaculture yang berkelanjutan.
“Kami berharap, arsitektur Indonesia terus berinovasi, membuat konsep berkelanjutan dengan tetap memiliki kepekaan terhadap konteks lingkungan sekitar, sehingga tercipta Better Spaces, Better Living”, ujar Sari. (Sumber: rilis Sari Puspita/Diunggah: Purwoko)