Mobil Formula Bimasakti UGM akan dilepas secara resmi Selasa (19/7) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM untuk mengikuti kompetisi 9th Student Formula SAE of Japan 2011. Kompetisi akan dihelat 5-9 September 2011 di ECOPA (Ogasayama Sports Park) Jepang.
Bimasakti merupakan mobil formula buatan tim Bimasakti UGM yang terpilih sebagai satu-satunya wakil Indonesia untuk bertanding dalam kompetisi internasional bergengsi tersebut. Bimasakti akan bertanding dengan 86 tim universitas ternama dari sejumlah negara. Beberapa di antaranya ialah China, India, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, dan Thailand.
Tim Bimasakti UGM beranggotakan 16 mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM. Keenambelas mahasiswa tersebut didampingi oleh tiga dosen pembimbing, yakni Dr. Fauzun S.T., M.T., Dr. Muhammad Agung Bramantya, S.T., M.T., M.Eng., dan Dr. I Gusti Budi Dharma S.T., M.Eng.
Koordinator teknis tim Bimasakti, Akmal Irfan Majid, kepada wartawan menjelaskan mobil Bimasakti merupakan mobil formula sesuai standar mobil kelas mahasiswa dengan kualifikasi di bawah mobil formula 1, tetapi masih di atas mobil go-kart. Pembuatan mobil Bimasakti dilakukan sejak Januari silam dan saat ini sudah berhasil menyelesaikan tahap manufaktur dan penyelesaian kendaraan. Untuk menguji kelayaaan kendaraan, akan dilakukan test drive Sabtu (16/7). “Untuk menguji kelayaan akan dilakukan test drive Sabtu besok,” kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ini saat berbincang-bincang dengan wartawan, Jumat (15/7), di Stana Parahita UGM.
Dijelaskan oleh Akmal, mobil Bimasakti menggunakan mesin Suzuki Thunder 250 cc bantuan dari Ikatan Ahli Teknologi Otomotif (IATO). Guna mendapatkan performa maksimal, tim melakukan modifikasi dengan displacement 322 cc. Dengan kapsitas mesin ini, mobil dapat meluncur dengan kecepatan 140-160 km/jam.
Menurut penuturan Akmal, pembuatan mobil Bimasakti menelan biaya hingga 140 juta rupiah yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan material mobil. Dana tersebut di-back up secara keseluruhan oleh Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk perakitan mobil Bimasakti karena harus menggunakan sejumlah material yang harus diimpor dari luar negeri. “Untuk material frame, kita menggunakan yang diatas 0,1%, sementara yang dijual di pasaran Indonesia di bawah 0,1%. Jadi, kita harus menggunakan material impor. Untuk satu mobil dibutuhkan sekitar 12 batang frame, padahal 1 batang saja harga berkisar 1,5 juta rupiah,” ujarnya.
Koordinator non teknis tim Bimasakti, Andika Rinaldo Asry, berharap tim Bimasakti UGM dapat meraih hasil yang terbaik dalam kompetisi nanti. “Sebagai pendatang baru karena baru pertama kalinya ikut dalam event ini, kita tidak berharap muluk-muluk. Setidaknya penghargaan sebagai The Best Rookie Team, pengharagaan khusus untuk tim pendatang baru terbaik bisa diraih,” harapnya.
Koordinator dosen pembimbing tim Bimasakti, Dr. Fauzun S.T., M.T., menyebutkan kompetisi 9th Student Formula SAE of Japan 2011 merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Japan’s Society of Automotive Engineers (JSAE) untuk membuat kendaraan formula dengan mesin 600 cc. Pada kompetisi tersebut, kendaraan yang dilombakan akan dinilai dalam dua kategori, yaitu static event, yang mencakup analisis biaya, desain teknik, presentasi tim, dan dynamic event, meliputi akselerasi kendaraan, efisiensi bahan bakar, daya tahan, autocross, dan skid-pad. (Humas UGM/Ika)
sumber: www.ugm.ac.id