YOGYAKARTA – Gedung Pusat UGM kini berusia 62 tahun sejak diresmikan pada 19 Desember 1959 oleh Presiden Ir. Soekarno. Gedung tiga lantai di kompleks Bulaksumur ini menandai berdirinya perguruan tinggi pertama yang berhasil dibangun Pemerintah RI pascakemerdekaan. Kini, gedung tersebut masih berdiri megah dan bahkan tetap terlihat kokoh dan kuat. Siapakah arsitek yang membangun gedung pusat UGM ini?
Ia adalah seorang putra bangsa bernama GPH Hadinegoro, putra kelahiran Surakarta yang menetap di Pakualaman, Yogyakarta. Pria yang berhasil meraih gelar insinyur di Technische Hooge School, Delf, Belanda ini diminta langsung oleh Presiden Soekarno untuk membangun Gedung Pusat UGM. “Soekarno memperkenalkan Hadinegoro sebagai arsitek Gedung Pusat saat upacara peresmian gedung. Kemudian, Soekarno mempersilakan Hadinegoro untuk berdiri untuk disaksikan para tamu asing dan duta besar yang hadir,” kata pemerhati kesejarahan UGM, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A.(K) dalam Sarasehan 122 Tahun Prof. Sardjito: Perjuangan Membangun Gedung Pusat UGM, yang berlangsung di Balai Senat UGM, Sabtu (13/8).
Menurut Sutaryo, pertimbangan dipilihnya Hadinegoro dilakukan pada waktu Bung Karno mengambil keputusan bahwa RI perlu memiliki universitas. Keputusan itu lantas disambut Sri Sultan HB IX dengan memberikan tanah miliknya di Bulaksumur. Oleh karena itulah, GPH Hadinegoro ditunjuk oleh Bung Karno sebagai arsiteknya. “Pangeran Hadinegoro tinggal di Pakualaman. Dengan Bung Karno, keduanya selalu diskusi dengan bahasa Belanda tentang konsep arsitektur gedung ini,” tutur Sutaryo.
Keputusan Soekarno memilih arsitek lokal tidak disia-siakan oleh Hadinegoro. Ia membutuhkan waktu 9 tahun untuk membagun Gedung Pusat, yang kini tidak hanya megah, anggun, dan berwibawa, tetapi juga menyimpan nilai-nilai dan makna filosofis yang cukup mendalam. “Hal itu bisa tergambar dalam bentuk arsitektur, ornamen, dan konstruksi bangunannya,” katanya.
Arsitek UGM, Ir. Ismudianto, M.S., mengatakan karakter konstruksi Gedung Pusat merupakan bangunan modern awal yang ada di Indonesia pada waktu itu. Oleh sebab itu, bangunan ini patut untuk dijaga dan dipelihara sebagai bangunan bersejarah. “Gedung ini adalah bangunan modern pertama Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar Jurusan Teknik Arsitektur UGM, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D., mengatakan kemegahan konstruksi Gedung Pusat yang memiliki konsep dan filosofi serta nilai-nilai kesejarahan mestinya dapat dijadikan contoh untuk gedung-gedung lain di lingkungan UGM, serta gedung lain di Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber: ugm.ac.id