MAGELANG-Memasuki musim hujan masyarakat di sepanjang Kali Putih, Jumoyo, Magelang, diharapkan untuk tetap waspada dengan kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin. Hal ini disebabkan daerah-daerah yang terkena dampak banjir lahar dingin beberapa waktu lalu belum ada ‘terapi’ infrastruktur. Bahkan, dari beberapa tanggul dan jalur sungai di sepanjang Kali Putih tersebut banyak yang sudah mengalami perubahan, baik itu arah maupun kondisinya yang longsor dan tergerus akibat penambangan.
“Prinsipnya masyarakat harus tetap waspada dengan bahaya banjir lahar dingin. Ketika hujan deras terjadi bisa banjirnya menjadi lebih parah daripada yang lalu karena daerah-daerah yang terdampak belum ada ‘terapi’ infrastruktur,”tutur pakar Geologi UGM, Ir. Bambang Widjaja Hariadi, pada acara Temu Koordinasi Antisipasi Banjir Lahar Dingin Kali Putih, di kediaman Kepala Desa Jumoyo, Magelang, Rabu (28/9).
Bambang menegaskan kembali bahwa daerah-daerah yang kemarin terkena dampak banjir lahar dingin akan tetap berpotensi terkena kembali. Selain itu jika dilihat kondisi batuan di atas dan sekitar Gunung Merapi yang telah mengeras maka ketika terkena hujan deras ada kemungkinan dampaknya akan lebih besar dan merusak.
“Bisa jadi kalau hujan di atas deras akan menjadi banjir yang sifatnya semakin merusak karena materialnya lebih besar,”imbuh Bambang.
Senada dengan Bambang, staf Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Ir. Dewi Sri Sayuti mengatakan agar masyarakat di sepanjang Kali Putih sejak sekarang menyiapkan diri jika sewaktu-waktu hujan terjadi terutama ketika memasuki musim penghujan pada dasarian II bulan Oktober mendatang seperti yang diprediksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Meskipun harus siap dan waspada masyarakat tidak perlu panik,”kata Dewi.
Di hadapan warga dan para relawan Merapi yang hadir dalam Temu Koordinasi tersebut Dewi menjelaskan bahwa sejak tanggal 15 September lalu Gunung Merapi dalam status normal dan tidak menunjukkan gejala vulkanis yang membahayakan. Dewi memberikan gambaran besar potensi lahar Merapi yang akan melalui Kali Putih mencapai 8,2 juta m3. Kemudian Kali Krasak 10,8 juta m3, Kali Gendol 24 juta m3, Kali Pabelan 20,8 juta m3, dan Kali Woro 7 juta m3.
“Meskipun potensinya lebih kecil dibanding beberapa sungai lain, banjir lahar di Kali Putih tetap harus diwaspadai karena kondisi dan lebarnya yang berbeda dengan sungai yang lain,”jelasnya.
Dalam kesempatan itu Dewi juga mengatakan dengan masih adanya potensi ancaman banjir lahar dingin Merapi khususnya pada musim penghujan mendatang maka sistem peringatan dini baik oleh masyarakat maupun dengan teknologi perlu dipersiapkan dengan lebih baik.
Sebelumnya pada acara itu, staf analisa data BMKG Yogyakarta, Mardiyanto, S.Si., M.Si menerangkan prediksi dari BMKG bahwa awal musim hujan di Jumoyo dan sekitarnya adalah pada dasarian II bulan Oktober mendatang. BMKG memprediksi curah hujan mendatang masih dalam kategori normal karena tidak terkena dampak dari fenomena global seperti La Nina maupun El Nino.
Acara yang dikoordinir oleh Kades Jumoyo, Sungkono ini merupakan salah satu langkah antisipasi dari dampak banjir lahar dingin Merapi sekaligus untuk menjawab kekhawatiran warga setempat terutama ketika memasuki musim penghujan mendatang (Humas UGM/Satria AN)
sumber: www.ugm.ac.id