Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM menerima penghargaan sebagai pusat unggulan dunia dalam hal pengurangan risiko bencana longsor berbasis masyarakat. Penghargaan sebagai World Center of Excellence for Community-based Landslied Disaster Risk Reduction diberikan oleh International Program on Landslide and United Nation International Strategy for disaster Risk Reduction. Penganugerahan penghargaan dilakukan bersamaan dengan konferensi bencana longsor yang dihadiri 80 negara di dunia, 3 Oktober 2011 di Kantor Pusat FAO, Roma.
Staf pengajar Jurusan Teknik Geologi UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan Jurusan Teknik Geologi UGM berhasil bersaing dengan 42 penelitian tentang bencana tanah longsor yang berasal dari 30 negara di dunia. Dalam kesempatan tersebut dipilih tiga terbaik yaitu UGM, United State Geological Survey (USGS) yang bekerja sama dengan Canadian Geological State dan adalah Norwegian Geotechnical Institute.
“ Waktu itu terdapat 44 penelitian longsor dari 30 negara di dunia. Setelah dievaluasi akhirnya dua penelitian kita tentang deteksi dini bahaya longsor dan KKN-PPM Mitigasi Bencana Longsor yang terpilih sebagai world center of excellent for community based landslide disaster risk reduction. Penelitian kami dinilai unggul karena dianggap visioner dengan melibatkan masyarakat dan generasi muda dalam deteksi dan mitigasi longsor,” jelasnya Kamis (13/10) saat bincang-bincang dengan wartawan di UGM.
Dwikorita menuturkan secara rutin setiap tahunnya jurusan melaporkan kegiatan penelitian mengenai pengurangan resiko bencana longsor di Indonesia. Hasil penelitian dilaporkan ke konsorsium penanganan lonsor dunia. “Mulai tahun 2009 lalu kami secara rutin mengirimkan laporan riset tentang pengurangan resiko bencana longsor di Indonesia ke International Consortium on Landslide,” papar Guru Besar Geologi UGM ini.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, dengan penghargan yang diperoleh, Jurusan Geologi UGM mengemban tugas menjadi koordinator negara-negara lain di dunia dalam upaya deteksi dan pengurangan risiko bencana longsor. “Sejumlah negara seperti China, India, Korea, Nepal dan Mexcio menyatakan berminat untuk belajar ke UGM mengenai pengurangan risiko bencana longsor ,” ungkapnya.
UGM sendiri, telah mengembangkan alat deteksi dini bahaya longsor (ekstensometer) yang dapat berbunyi beberapa jam sebelum terjadi tanah longsor. Ekstensometer akan berbunyi ketika tanah mengalami rekahan sekitar 5 cm.
“Alat deteksi dini bahaya longsor ini dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan masyarakat untuk mengaplikasikannya di lapangan dan mengenali bahaya longsor,” pungkas Dwikorita . (Humas UGM/Ika)
sumber: www.ugm.ac.id