Permasalahan transportasi semakin lama semakin berkembang. Tidak hanya di kota-kota besar, hal itu juga terjadi di kota-kota sedang atau menengah, seperti Yogyakarta. Permasalahan tersebut sungguh-sungguh memerlukan penanganan serius dan profesional agar dampak negatif yang timbul dapat diatasi pada ambang batas yang wajar. Demikian dikatakan Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D. di Balai Senat, Rabu (5/5), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik (FT) UGM. Pria kelahiran Yogyakarta, 16 November 1960, yang tercatat sebagai staf pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan (JTSL) FT UGM ini mengucapkan pidato berjudul “Peran Manajemen Lalu Lintas dalam Mengurangi Kemacetan”..
Masalah kemacetan lalu lintas di perkotaan cenderung berkembang menjadi masalah yang memerlukan perhatian dan penanganan serius. Faktor utamanya disebabkan oleh semakin banyaknya kepemilikan dan pemakaian kendaraan. Kemacetan mengarah pada tingginya kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun.
Dimulai pada era industrialisasi pada tahun 1950-an dan karena terjadi peningkatan pendapatan penduduk dunia yang cukup tajam, akhirnya berpengaruh pada peningkatan jumlah kepemilikan motor. Tercatat pada tahun 1990-an, lebih dari 600 juta kendaraan bertebaran di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat pesat pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai 1,4 miliar.
Sebagai gambaran, di Jakarta saat ini tingkat penambahan jalan setiap tahun hanya sekitar 1%, sementara penambahan tingkat kepemilikan kendaraan bermotor mencapai 5% per tahun. Dengan kata lain, setiap hari sekitar 250 kendaraan baru diluncurkan di Jakarta dan setidaknya menempati jalan sepanjang 1 km. Untungnya, kata Sigit, semua kendaraan tersebut tidak dipakai pada waktu yang bersamaan.
Sejak tahun 1995, tercatat perjalanan dengan kendaraan bermotor di kota-kota besar di Indonesia sangat tinggi. “Sebagai contoh, Jakarta, lebih dari 10 juta kendaraan per jam, di Surabaya, lebih dari 2,5 juta kendaraan per jam, Bandung, lebih dari 4,7 juta kendaraan per jam, dan di Yogyakarta, lebih dari 1,42 juta kendaraan per jam,” jelas suami Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. ini.
Meskipun tingkat mobilitas masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan kota-kota besar dunia, seperti Paris dan London, Sigit Priyanto mengingatkan untuk mewaspadai tingkat mobilitas tinggi tersebut di Indonesia sebab dampak negatifnya dinilai lebih besar daripada kota-kota besar dunia lainnya. Hal itu disebabkan oleh sistem transportasi yang belum berjalan dengan baik, misalnya, belum adanya dukungan angkutan umum yang memadai. Hal ini pula yang menjadikan peran manajemen lalu lintas menjadi sangat penting. “Yang perlu diingat bahwa manajemen lalu lintas yang baik akan dapat memindahkan orang atau barang sebanyak-banyaknya, bukan memindahkan kendaraan sebanyak-banyaknya,” jelas ayah Amiluhur Priyanto dan Umayra Priyanto ini.
Ketua Tim WCRU JTSL FT UGM tahun 2009 ini mengatakan di daerah perkotaan sekarang masih dicirikan dengan ketersediaan dan tingkat pelayanan sistem transportasi yang masih rendah dan terbatas. Banyak terjadi kemacetan seiring dengan banyaknya penggunaan angkutan pribadi. “Masalah ini pun menjadi semakin kompleks seiring dengan menurunnya kualitas hidup manusia di perkotaan,” tambah Sigit Priyanto. (Humas UGM/ Agung)