Bising kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis polusi suara yang cukup mengganggu konsentrasi manusia. Berbagai upaya telah dilakukan, tetapi polusi suara belum dapat dihilangkan sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan oleh sifat kebisingan yang selalu berubah-ubah dengan cepat.
Membangun ruang kedap suara dengan bahan-bahan penyerap suara adalah salah satu cara untuk menghilangkan polusi suara. Untuk keperluan tertentu, upaya tersebut bersifat efektif. Namun, tidak semua gedung dapat diterapkan sistem kedap suara. Hal ini disebabkan karena sistem kedap suara meredam semua jenis suara, sedangkan jenis suara tertentu harus tetap terdengar.
Dalam disertasi yang berjudul “Eksplorasi Sistem Penghapus Bising Lalu Lintas secara Adaptif untuk Ruang Kerja”, Sri Arttini menyampaikan dengan sistem penghapus bising tersebut diharapkan bising kendaraan mampu ditekan semaksimal mungkin. “Selain itu, jenis suara lain yang dikehendaki bisa didengar dengan jelas,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan wanita kelahiran Yogyakarta, 20 Februari 1965 ini, proses penghapusan bising harus dilakukan secara adaptif mengikuti karakteristik bising yang selalu berubah-ubah. Secara mendasar, alogaritma Least Mean Square (LMS) menjadi dasar pemecah penghapus bising paling sederhana yang dilandasi galat kuadrat rerata minimum, di samping Normalized Least Mean Square (NLMS) dan Rescrusive Least Square (RLS).
Menurut isteri Drs. Lilik Wijoroso ini, perangkat keras yang digunakan untuk sistem penghapus bising harus memiliki kecepatan komputasi yang tinggi. Dengan sistem komputasi yang tinggi, sistem penghapusan bising dari suatu kendaraan dapat selesai beradaptasi jauh sebelum datang suara dari kendaraan lain. “Bobot parameter masing-masing sifat bising kendaraan juga harus tersedia dalam buffer sehingga setiap kendaraan dapat dikenali karakteristiknya,” jelas wanita yang ditetapkan sebagai doktor ke-1.225 UGM ini. (Humas UGM/Ika)