TEMPO Interaktif, Bandung – Alat pembangkit listrik tenaga gelombang laut karya tim mahasiswa Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung dinobatkan sebagai juara pertama kontes inovasi nasional di ITB, Sabtu malam. Juara kedua diraih tim asal Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Sedangkan tim Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, harus puas sebagai juara ketiga.
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut itu mengandalkan gerakan magnet di dalam tabung sebuah pelampung (buoy) akibat ayunan gelombang silih berganti. Pelampung yang kedap air buatan Arifian Agusta, Gilang Muhammad Gemilang, dan Ilman Kurniadi, itu memakai bahan kotak plastik berukuran 40x40x7 centimeter. Listrik yang terkumpul di setiap pelampung nantinya dialirkan dengan kabel ke daratan. “Kami ingin membantu masyarakat nelayan yang belum menikmati listrik,” ujar Gilang.
Sedangkan juara kedua bagi tim ITS, diraih Barikly Robby, Samuel Starry Yanuar, dan Erik Tridianto. Kelompok mahasiswa Teknik Elektro tersebut membuat Innovative, Efficient, and Smart (IES) Lamp dari kumpulan 25 lampu LED (light-emitting diode). Dengan program fuzzy logic dan sensor cahaya, lampu itu tak hanya sekedar penerang, tapi juga bisa otomatis mati atau menyala dan diatur tingkat terang redup cahayanya.
Adapun tim asal UGM sebagai juara ketiga, merancang ulang mekanisme keran untuk menghemat air di ruang wudhu dengan sistem katup tekan. Prinsip kerjanya seperti katup pada dispenser. Jika keran itu didorong oleh tangan, air akan keluar dan menutup kembali jika katupnya dilepas. Para pemenang kontes yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin ITB tersebut mendapat hadiah uang Rp 12,5 juta untuk juara pertama, Rp 10 juta juara kedua, dan Rp 7,5 juta ke pemenang ketiga.
Kontes yang berlangsung 4-5 Februari di Campus Center timur ITB itu meloloskan 20 finalis. Sebanyak 8 tim berasal dari ITS, 7 kelompok dari ITB, 3 tim asal UGM, dan perwakilan Universitas Indonesia serta Universitas Brawijaya, Malang, hanya lolos masing-masing 1 tim. Dewan juri terdiri dari dosen Teknik Mesin ITB Djoko Suharto, dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Imam Damar Djati , Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB Nomo Ruswanto, dan Lina Rahayu Suardi dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. (ANWAR SISWADI)