Fakultas Teknik UGM dinilai berhasil memanajemen lingkungan dengan masyarakat dalam hal penanganan bencana pasca Erupsi Merapi. Selain mendidik warga sekitar Merapi, Fakultas Teknik juga telah melaksanakan co-creation dengan industri dan pemda terkait bencana. “Kami bangga dengan Fakultas Teknik yang sangat peduli dengan masyarakat khususnya dari aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan dalam penanganan bencana Merapi,” kata Wakil Rektor Bidang Alumni & Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., ketika membuka Workshop Penanganan Resiko Bencana dan Annual Engineering Seminar mewakili Rektor, Rabu (16/2), di Ruang Sidang 2.1 KPFT UGM.
Menurut R. Sukhyar, peran perguruan tinggi sangat sentral dalam mendorong dan meningkatkan kapasitas kelembagaan daerah dan perlu proaktif melakukan penelitian sumber-sumber bahaya. “Perguruan tinggi diharapkan bisa memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dasar kebencanaan geologi, sebagai basis dalam pengambilan keputusan hazard dan risk assessment serta peringatan dini bencana,” ujarnya. Selain itu yang paling penting menurutnya adalah pembuatan peta-peta potensi rawan bencana di Indonesia. Senada dengan R. Sukhyar, Sugeng menuturkan bahwa Pengurangan Risiko Bencana merupakan bidang kegiatan yang masih terbuka luas bagi keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu Perguruan Tinggi harus bisa berperan aktif sebagai “agent of change”, dalam pergeseran paradigma penanggulangan bencana dari penanganan darurat menjadi pengurangan risiko bencana.
Ahmad Juniarto lebih menekankan pentingnya menggunakan sebanyak mungkin kearifan lokal dan budaya lokal dalam penanganan bencana. Hal tersebut menurutnya perlu dilakukan karena daerah rawan bencana satu dengan yang lainnya berbeda. “Dalam hal ini Perguruan Tinggi berperan sebagai pintu koordinasi untuk menjelaskan kepada masyarakat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana,” ujar lulusan Jurusan Teknik Elektro UGM ini.
Sementara itu Budi Basuki mengusulkan beberapa hal terkait penanggulangan bencana antara lain perlunya mengadopsi SOP penganggulangan bencana perusahaan swasta, menentukan jenis bantuan yang tepat dan benar-benar dibutuhkan oleh pengungsi, dan lain sebagainya. Beliau berharap instansi-instansi pemerintah maupun masyarakat memiliki gudang emergency tools dan bahan makanan pokok untuk persediaan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Workshop diikuti oleh sekitar 250 peserta dari pengurus Fakultas, Pengurus Jurusan, Dosen-dosen di lingkungan Fakultas Teknik, perwakilan dari pemerintah daerah, LSM, warga Muntilan dan Magelang. (nn)