Indonesia memiliki cadangan minyak bumi sebesar 9 miliar barel, atau sebesar 0,4% dari cadangan minyak bumi dunia, dengan produksi sebesar 414,6 juta barel per tahun. Cadangan gas alam sebesar 182 triliun kaki kubik, atau sebesar 1,7% dari cadangan gas alam dunia, dan produksinya sebesar 3,0 triliun kaki kubik per tahun. Sedangkan cadangan batubara sebesar 19,3 miliar ton atau 0,4% dari cadangan batubara dunia, dengan produksi sebesar 130 juta ton pertahun.
Indonesia memiliki cadangan minyak bumi sebesar 9 miliar barel, atau sebesar 0,4% dari cadangan minyak bumi dunia, dengan produksi sebesar 414,6 juta barel per tahun. Cadangan gas alam sebesar 182 triliun kaki kubik, atau sebesar 1,7% dari cadangan gas alam dunia, dan produksinya sebesar 3,0 triliun kaki kubik per tahun. Sedangkan cadangan batubara sebesar 19,3 miliar ton atau 0,4% dari cadangan batubara dunia, dengan produksi sebesar 130 juta ton pertahun.
"/>
Pengukuhan Prof. Panut Mulyono: Hidrogen, Pemasok Energi Ramah Lingkungan yang Tidak akan Habis – Fakultas Teknik
Indonesia memiliki cadangan minyak bumi sebesar 9 miliar barel, atau sebesar 0,4% dari cadangan minyak bumi dunia, dengan produksi sebesar 414,6 juta barel per tahun. Cadangan gas alam sebesar 182 triliun kaki kubik, atau sebesar 1,7% dari cadangan gas alam dunia, dan produksinya sebesar 3,0 triliun kaki kubik per tahun. Sedangkan cadangan batubara sebesar 19,3 miliar ton atau 0,4% dari cadangan batubara dunia, dengan produksi sebesar 130 juta ton pertahun.
Meskipun cadangan energi fosil tersebut relatif besar, akan tetapi pemakaian energi di Indonesia juga cukup besar seiring pertambahan penduduk, meningkatnya kegiatan ekonomi dan perkembangan industri, seperti minyak bumi 51,66%, gas alam 28,57%, batubara 15,34%, tenaga air 3,11%, dan panas bumi 1,32% atau meningkat rata-rata 7% per tahun.
“Mengingat cadangan minyak bumi, gas alam, dan batubara di Indonesia yang terus menyusut karena laju penggunaannya cukup tinggi, maka harus dilakukan diversivikasi penggunaan energy untuk menghemat pemakaian energi fosil dan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa yang akan datang,” kata Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., Rabu (12/8) di Balai Senat UGM saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Energi, Optimasi Sistem Teknik Kimia pada Fakultas Teknik UGM.
Dalam pidato berjudul “Prospek dan Potensi Hidrogen Sebagai Energi Terbarukan”, Prof. Panut mengatakan berkurangnya sumber energi fosil atau 80% dari konsumsi energi dunia membuat pencarian sumber-sumber energi terbarukan sebagai energi alternatif gencar dilakukan. Sumber energi terbarukan merupakan bahan bakar yang dapat menghasilkan energi dan dapat diperbaharui secara terus menerus sehingga keberadaannya di ala mini tidak akan habis. Di Indonesia, sumber energi ini cukup melimpah, seperti biomasa dari puluhan juta ha lahan pertanian dan perkebunan, pembangkit listrik tenaga air, hidrogen, tenaga angin, panas bumi, tenaga surya, dan gelombang laut.
Dikatakan oleh pria kelahiran Kebumen, 1 Juni 1960 ini, hidrogen mempunyai kandungan energi tertinggi per satuan berat dibandingkan dengan semua jenis bahan bakar, yaitu sebesar 120 MJ/kg. “Seperti halnya listrik, hydrogen disebut sebagai pembawa energi bukan sumber energi, karena energi yang terkandung dalam hidrogen dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan. Hidrogen dapat digunakan baik langsung sebagai bahan bakar untuk mesin (termasuk kendaraan bermotor dan mobil) maupun sebagai bahan bakar untuk fuel cell (sel bahan bakar) penghasil listrik,” tuturnya.
Bapak dari Aji Resindra Widya dan Dyah Ayu Permatasari ini menambahkan, hidrogen merupakan zat yang melimpah di alam semesta. Penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar sama sekali tidak memberi kontribusi terhadap kerusakan lingkungan seperti efek rumah kaca, hujan asam, dan kerusakan lapisan ozon. Dengan demikian, penggunaan hidrogen merupakan teknologi menjanjikan untuk pemenuhan listrik dan panas dalam berbagai keperluan.
Tantangan yang dihadapi pada pengembangan hidrogen terbarukan hingga dapat digunakan secara ekonomis meliputi usaha penurunan biaya produksi, cara pengiriman hidrogen ke pengguna, penyimpanan, dan penggunaan akhir mesin, sel bahan bakar, dan penggunaan lainnya. “keberhasilan pengembangan potensi hidrogen sebagai energi terbarukan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan berkelanjutan ekonomi Indonesia, karena hidrogen akan berkontribusi terhadap terjaminnya kebutuhan energi dan membantu pengurangan emisi gas rumah kaca dimasa mendatang,” jelas suami Ir. Nur Indrianti, M.T., D.Eng. ini. (nn)