Teknologi penyiaran televisi digital terbukti mampu memberikan lebih banyak manfaat bagi pemirsanya dibandingkan dengan televisi analog. Beberapa manfaat tersebut, antara lain, menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik, menghemat kanal frekuensi, dan aplikasi yang interaktif, dalam arti banyak ragam dan pilihan yang dapat diperoleh.
Meskipun teknologi penyiaran digital telah dikembangkan, semua pemancar televisi di Indonesia masih analog. Dengan demikian, semua penerima televisi juga masih analog meskipun memiliki banyak fitur digital. Dengan adanya migrasi (phase out) ke penyiaran TV digital sampai dengan tahun 2015, pemilik TV konvensional harus menyediakan suatu kotak konversi sinyal radio dari digital ke analog yang lazim disebut set-top-box (STB), yakni piranti tambahan pada pesawat TV sebagaimana VCD player.
“Pada masa transisi proses migrasi sistem penyiaran TV analog menjadi sistem TV digital, peranan STB sangat penting. Bisa dikatakan STB merupakan adapter antara sistem pemancar digital dengan TV analog yang saat ini dimiliki masyarakat,” kata Prof. Dr. Ir. Thomas Sri Widodo, D.E.A. saat dikukuhkan pada jabatan Guru Besar Fakultas Teknik (FT) UGM. Pengukuhan dilaksanakan di Balai Senat UGM, Rabu (12/8).
Dalam pidato yang berjudul “Pengembangan Set Top Box dalam Migrasi ke Sistem Penyiaran TV Digital di Indonesia”, staf pengajar Jurusan Teknik Elektro FT UGM ini mengatakan sistem STB selain dapat dipakai untuk menangkap siaran televisi digital juga dapat sebagai sarana untuk mengakses informasi yang tersedia di jaringan internet. STB juga dilengkapi fitur Early Warning System (EWS) sehingga dapat digunakan untuk menginformasikan dengan cepat kepada publik bila terjadi keadaan darurat, misalnya gempa bumi dan tsunami.
Dijelaskan oleh pria yang menerima penghargaan sebagai Dosen Teladan III tahun 1992 dari Dekan FT UGM ini, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial karena kepemilikan TV sekitar 40 juta unit. Jumlah ini merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi industri nasional dalam mengembangkan produksi perangkat STB. Bila diperkirakan harga STB adalah Rp500.000,00, peluang bisnis terkait per tahun 10% x 40 juta x Rp500.000,00= Rp 2 triliun, suatu angka rupiah yang cukup besar bagi industri menengah.