Pada saat ini telah terbentuk pandangan bahwa setiap pembangunan selalu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Namun, dengan mengimplementasikan teknik-teknik konservasi sederhana dapat membalikkan paradigma tersebut.
Dikatakannya bahwa pengelolaan yang semestinya komprehensif masih menyimpan kekurangpaduan perencanaan. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada program pemerintah ‘Prokasih’ atau Program Kali Bersih. Substansi program ini adalah penciptaan lingkungan sungai yang bersih dan memenuhi standar baku mutu.
Hanya saja, menurut Prof. Sunjoto, program ini masih perlu ditingkatkan menjadi ‘Prokassih’ atau Program Kali Sehat dan Bersih karena sungai di kawasan subtropis dikatakan ‘sakit’ bila rasio debit maksimum dengan minimumnya lebih besar 20. Untuk rasio di Indonesia, sebaiknya rasio itu 100 untuk jangka pendek, 75 untuk jangka menengah, dan 50 untuk jangka panjang. “Itu merupakan batas yang cukup realistis. Saat ini, rasio untuk sungai-sungai tersebut di Pulau Jawa mencapai angka 500 bahkan 1000,” tambah pria kelahiran Magetan, 30 Juli 1947 ini.
Di bagian lain pidatonya yang berjudul “Pembangunan Sumber Daya Air dalam Dimensi Hamemayu Hayuning Bawono”, Sunjoto lebih lanjut menjelaskan kawasan permukiman memiliki kontribusi besar dalam menelantaran sumber daya air, sekaligus berpengaruh besar pada terciptanya banjir akibat urbanisasi. Sebagai faktor pemicu adalah dipakainya teknologi dasar berupa drainage engineering, yang secara filosofi berarti penelantaran air hujan dengan cara membuang air secepatnya melalui selokan-selokan drainase. “Cara-cara ini disebut Con-Water Mazhab atau mazhab anti-air,” jelas suami Martati ini.
Oleh karena itu, untuk memperkecil debit puncak sebagai akibat urbanisasi, dapat ditanggulangi dengan menerapkan teknologi ‘resapan air hujan’. Cara ini disebut Pro-Water Mazhab atau mazhab pro-air, karena environmental friendly. Dalam pandangan Sunjoto, Con-Water Mazhab dapat menyelesaikan ketiganya, Pollution Control Problem, Groundwater Control Problem, dan Flood Control Problem, yang kontruksi bangunannya dapat berupa: recharge well, recharge trench, dan recharge yard.
Tentang pidato pengukuhannya, Sunjoto menuturkan orasi semacam ini menjadi wahana yang tepat untuk menunjukkan scientific milestones yang dikuasai, dikembangkan, dan yang telah diciptakannya. Implementasi dapat ditempuh dari naskah-naskah pidato pengukuhan, dengan menunjukkan semua hasil temuan pengembangan ilmu berupa dalil, aksioma, formula, deret, equation, theorem, software, program, metode, tabel, grafik, gambar, desain, paten, atau karya ilmiah yang lainnya.(Humas UGM/ Agung)
sumber: www.ugm.ac.id